Jumat, 30 November 2007

Cukai Rokok Tahun Ini Rp 45 Miliar

berikut adalah posting terakhir dari kelompok kami.

Surabaya, Kompas - Industri hasil tembakau menargetkan produksi per tahun bisa pulih menjadi 235 miliar batang. Pada tahun 2000-2001, produksi pernah mencapai angka tersebut. Namun, harga jual eceran naik tiga kali dalam setahun sehingga transaksi pasar tertinggal.

Akibatnya, terjadi jarak antara produksi dan transaksi pasar. Jarak menjadi semakin jauh karena tiap tahun terjadi kenaikan minimal satu kali. Bahkan, kenaikan terjadi setiap sembilan bulan. "Akhirnya produksi terus menurun," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Achmad Suryana, Kamis (7/6) di sela-sela Lokakarya Nasional Agribisnis Tembakau di Hotel Garden.

Produksi hasil tembakau pernah mulai pulih tahun 2003-2004 karena tidak ada kenaikan harga. Namun, pertumbuhan produksi belum mencapai 235 miliar batang ketika kembali terjadi kenaikan harga jual eceran. Saat ini dengan total produksi 225 miliar batang per tahun, diharapkan dalam tiga tahun ke depan bisa mencapai 235 miliar batang per tahun, baik sigaret kretek tangan, sigaret kretek mesin, maupun sigaret putih mesin.

Menurut Achmad, target produksi 235 miliar batang per tahun bisa tercapai dengan catatan tidak ada kebijakan tertentu dari pemerintah yang keluar secara mendadak. Pertumbuhan produksi, kata dia, bisa terjadi sejalan dengan inflasi.

Industri juga menghadapi kendala selain kenaikan harga jual eceran yang ditetapkan pemerintah. Misalnya, saat ini industri rokok menjadi sorotan mengingat banyak peraturan terkait kesehatan muncul. Akhirnya terjadi berbagai pembatasan terhadap produk-produk tembakau. "Kami sepakat dengan aturan seperti itu, tetapi harus ada keseimbangan antara industri dan kesehatan," ujar Ketua Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (Gappri) Ismanu Sumiran.

Gappri bersama Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia bekerja sama untuk mewujudkan kelangsungan industri rokok, terlebih industri hasil tembakau termasuk dalam 10 industri prioritas.

Belum lagi prospek industri ini ke depan mengingat ada kekurangan persediaan tembakau dunia, khususnya tembakau virginia sebagai bahan baku industri rokok putih. Diharapkan kekurangan dipenuhi antara lain dari India dan Indonesia yang mencapai 100.000 ton. "Kira-kira 40.000 ton di antaranya bisa dipenuhi dari Indonesia," tuturnya lagi.

Sementara Ketua Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia Muhaimin Moeftie menambahkan, sumbangan cukai rokok tahun ini diharapkan mencapai Rp 45 triliun dan Rp 8 triliun dari pajak pertambahan nilai. Pendapatan negara pada tahun 2006 melalui cukai rokok tersebut sebesar Rp 42 triliun. (Oleh Fabiola Ponto)

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0706/08/jatim/67709.htm

Industri Rokok, antara Kesehatan, Lapangan Kerja, dan Pemasukan Negara

Kamis, 31 Agustus 2000



TIDAK kurang dari 20 juta penduduk Indonesia bergantung pada industri rokok nasional. Sumbangan terhadap negara berupa cukai dan pajak-pajak dari deretan bisnis ini sangat besar. Akan tetapi, kampanye antirokok demi kesehatan, meningkatkan kesejahteraan buruh dan petani tembakau serta pengembangan industrinya, merupakan tantangan yang harus dijawab dalam kerangka pengembangan industri nasional. INDUSTRI hasil olahan tembakau dengan produksi utama rokok, berperan dalam perekonomian. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek. Pada tahun 1998, penyerapan tenaga kerja termasuk di berbagai sektor terkait mencapai 6,4 juta orang. Dengan efek ganda sekitar 10 persen, berarti kehidupan paling tidak 20 juta penduduk Indone-sia tergantung pada industri rokok. Ini antara lain terdapat pada aktivitas usaha yang menunjang kegiatan pabrik seperti usaha penitipan sepeda, kantin dan rumah pondokan pekerja, kegiatan antar-jemput pegawai, serta kegiatan lain semisal pengerjaan dan perawatan fasi-litas pabrik seperti gedung dan jaringan jalan.

Di samping itu, industri rokok juga mendorong berkembangnya industri dan jasa lain seperti percetakan, periklanan, perdagangan, transportasi, dan penelitian.

Sumbangannya pada pemasukan negara antara lain berwujud cukai rokok yang pada tahun 1998 mencapai Rp 7,5 trilyun. Belum lagi Pajak Pertam-bahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh). Industri rokok juga mendorong peningkatan surplus perdagangan komoditas tembakau dan hasil olahannya yang mencapai 147,79 juta dollar AS.

Menurut jenisnya, industri rokok di Indonesia dapat dibedakan atas dua kelompok utama produk yakni rokok kretek dan rokok putih. Rokok kretek menguasai 87 persen dari total produksi industri rokok. Pembuatannya menggunakan tembakau rakyat ditambah dengan ceng-keh, saus, dan bumbu rokok lainnya. Rokok kretek ini dibedakan menurut cara pembuatannya yakni sigaret kretek tangan (SKT) dan sigaret kretek mesin (SKM). Industri rokok kretek tergabung dalam Gabungan Perserikatan Pabrik Ro-kok Indonesia (Gappri).

Sementara rokok putih yang berpangsa pasar 13 persen, dibuat dengan menggunakan tembakau virginia tanpa menggunakan cengkeh. Pembuatannya menggunakan mesin dan disebut sigaret putih mesin (SPM). Industri rokok putih tergabung dalam Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia (Gaprindo).

Sesuai dengan peran yang dapat diberikan baik dalam pemanfaatan sumber daya alam, penyediaan lapangan kerja mau pun sumber pendapatan dan devisa negara, maka industri rokok kretek dan rokok putih perlu dikembangkan sebagai industri inti dalam suatu kluster, agar lebih mampu bersaing.

***

MELIHAT sisi permintaan, potensi pasar dalam negeri masih tergolong subur untuk pemasaran berbagai produk rokok. Bahkan badai krisis ekonomi nyaris tidak menggoyahkan industri ini. Pada saat krisis memuncak, produksi rokok malah naik 2,7 persen, berarti konsumsi rokok meningkat. Pertum-buhan itu di atas laju pertumbuhan jumlah penduduk yang hanya sekitar 1,8 persen. Di samping itu, belakangan ini banyak bermunculan merek rokok baru yang gencar berpromosi.

Potensi ekspor pun cukup besar, karena Indonesia dikenal sebagai salah satu negara pengekspor tembakau di dunia. Dalam lima tahun terakhir, volume ekspornya meningkat 12 persen per tahun, dengan volume rata-rata 34,88 ton per tahun.

Selain tembakau, ekspor rokok putih pun cukup signifikan, yakni 70 persen dari ekspor rokok nasional. Ekspor rokok putih ini dalam lima tahun terakhir meningkat rata-rata 8,4 persen per tahun. Sementara ekspor rokok kretek meningkat rata-rata 4,4 persen per tahun.

Walaupun demikian, kebu-tuhan tembakau untuk rokok putih masih memerlukan suplai impor. Perkembangan impor da-lam lima tahun terakhir berkembang relatif kecil. Namun, volumenya lebih besar dibandingkan dengan ekspornya, yakni rata-rata 42,95 ton per tahun. Selain impor tembakau, Indonesia juga mengimpor rokok kretek dari Malaysia dan rokok putih dari Eropa dan Amerika Serikat. Namun, impor itu cenderung menurun dari tahun ke tahun.

***

DALAM kluster (pengelompokan) industri rokok, industri rokok kretek dan putih merupakan industri inti dari industri hasil tembakau. Industri pendukungnya adalah industri kertas sigaret, filter sigaret, kertas pembungkus, bahan pengemas, percetakan, periklanan dan transportasi, bahan kimia/penyedap, serta industri mesin dan peralatan proses tembakau. Industri terkait adalah cerutu, klobot, dan kelembak menyan.

Industri rokok ini masih terbagi lagi dalam beberapa kluster yakni industri pengeringan tembakau, bahan penyedap, kertas sigaret, filter sigaret, kertas pembungkus, percetakan, periklanan dan transportasi, mesin/ peralatan, serta pengemasan.

Permasalahan utama yang dihadapi khususnya oleh industri rokok kretek saat ini adalah tingginya kadar nikotin dan tar. Untuk SKT rata-rata sebesar 60 mg dan 3 mg. SKM rata-rata 50 mg dan 2,5 mg. Padahal, PP No 81/1999 Pasal 4 menetapkan (sesuai ketentuan WHO) bahwa batas kadar maksimum kandungn nikotin dan tar pada setiap batang rokok yang beredar di wilayah Indonesia tidak boleh melebihi kadar nikotin 1,5 mg dan tar 20 mg.

Usaha yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut di atas antara lain dalam jangka pendek, menetapkan kawasan tanpa merokok di lokasi umum seperti sekolah, rumah sakit, dan restoran; tempat kerja; dan angkutan umum. Dalam jangka panjang, bersama instansi terkait dan dunia usaha menyusun program penurunan kandungan nikotin dan tar secara bertahap melalui rekayasa genetika tembakau dan cengkeh bekerja sama dengan Ditjen Perkebunan, serta teknologi pengolahan tembakau dengan mutu seragam.

Di samping itu, beberapa industri penunjang/pendukung yang cukup dominan dalam penentuan daya saing ternyata belum berkembang.

Industri yang masih tergantung diimpor itu antara lain industri kertas mild sigaret, bahan baku filter (asetat tow), bahan pengemas (cellophan film, aluminium foil, dan tear tape), serta mesin/peralatan proses (mesin pembuat dan pengemasan sigaret).

Pada sub-sektor hasil tembakau terjadi penurunan produktivitas tenaga kerja, tetapi keluarannya (output) meningkat, dan cenderung bergerak ke arah industri yang bersifat padat modal. Pemakaian mesin mulai menggantikan sebagian SKT.

***

DAYA saing industri ini ditentukan sejumlah faktor. Tembakau salah satunya. Luas tanaman dan produksi tembakau sampai dengan 1997 mengalami kenaikan. Namun, pada tahun 1998 baik luas tanaman dan produksi turun hingga mencapai 221.802 ha dengan produksi 138.746 ton. Hal ini disebabkan curah hujan yang tinggi dan pengaruh iklim La Nina. Dari keseluruhan luas tanaman tembakau 1998, sekitar 98 persen yakni 218.402 ha adalah perkebunan rakyat. Sisanya, 3.400 ha adalah perkebunan besar negara.

Bahan baku tembakau selama ini tumbuh baik di Indonesia. Suplai bahan baku artinya cukup kecuali untuk jenis virginia tertentu yang belum dihasilkan di dalam negeri. Begitu pula dengan kertas rokok dan filter masih sangat tergantung dari impor.

Di samping itu, sistem perdagangan tembakau cenderung tidak kondusif terhadap minat pengembangan lahan produksi.

Kondisi permintaan tembakau untuk industri dalam lima tahun terakhir meningkat rata-rata 10,6 persen per tahun. Pembuatan rokok umumnya menggunakan tembakau rakyat dan tembakau virginia lokal, serta tembakau virginia tertentu yang harus diimpor.

Permintaan domestik masih besar baik kretek maupun putih, sementara permintaan dunia tidak stabil, cenderung turun karena kesadaran kesehatan. Namun, pasar dunia masih memberi peluang menjanjikan sepanjang persyaratan pasar dan kualitas dapat dipenuhi.

Kecenderungan permintaan dunia lebih mengarah pada rokok ringan (kadar nikotin dan tar rendah) dan luks. Hal ini menuntut teknologi proses pembuatan rokok yang lebih maju dan otomatis.

Dalam hal strategi dan struktur persaingan usaha, kelompok usaha yang ada di dalam negeri terdiri atas 874 perusahaan termasuk usaha menengah besar dan industri kecil. Dari skala menengah besar tercatat tujuh perusahaan investasi asing dan lima BUMN yang masing-masing memiliki derajat spesialisasi cukup tinggi dan membentuk pasar kompetisi monolistik. Pesaing utama asing untuk sepuluh tahun mendatang adalah lima negara yakni Cina, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Korea Selatan.

***

STRATEGI umum kebijakan pengembangan industri harus melibatkan banyak instansi, mengingat perannya yang sangat penting dalam ekonomi dan sosial masyarakat. Ini bertujuan agar tidak terjadi kebijaksanaan yang kurang tepat, dan berbuntut tidak terpenuhinya target cukai dan kemungkinan tutupnya industri rokok.

Dalam hal cukai, penetapan unifikasi tarif cukai tahun 1999/ 2000 untuk tetap mengacu pada empat sasaran pokok, yakni mencapai target cukai Rp 10,16 trilyun, melindungi usaha kecil dan tenaga kerja, serta menciptakan perlakuan yang sama pada semua pabrik rokok. Unifikasi tarif cukai antara rokok kretek mesin dan putih mesin perlu dilakukan secara lebih realistis, dengan tetap mempertimbangkan struktur biaya produksi dan mekanisme harga pasar.

Dalam penetapan kadar nikotin dan tar, perlu mempertimbangkan kesulitan pabrikan rokok kretek skala menengah dan kecil, serta syarat kesehatan. Pembinaan kemampuan kelompok kecil merupakan unsur mutlak dalam mengembangkan industri rokok kretek dan putih.

Depperindag dan Ditjen Perkebunan merencanakan sistem penelitian lima tahunan, khususnya di bidang pembibitan dan peracikan dengan sasaran utama penurunan kadar nikotin dan tar. Selain itu, akan dibuat pula perencanaan jangka pendek pengembangan teknologi industri rokok, pengembangan brand Indonesia, serta deregulasi di bidang sistem tarif cukai rokok dan investasi.

Sementara dunia usaha diharapkan mendorong pengembangan industri kertas rokok dan filter rokok di dalam negeri, serta industri permesinan untuk menghasilkan peralatan produksi pabrik rokok. Selain itu diperlukan upaya diversifikasi pasar, khususnya ke negara berkembang serta mendorong pengembangan produk spesifik, yakni tembakau virginia dan burley, serta rokok ringan.

Suatu kenyataan lain, industri rokok maju tetapi kurang memperhatikan kesejahteraan buruhnya dan petani tembakau. Semua itu patut diperhatikan dalam sistem hubungan kerja yang harmonis, saling menguntungkan. Bila tidak kelak industri rokok akan kerepotan dengan semakin tingginya kesadaran buruh dan petani menuntut hak-haknya.

(HCB Dharmawan)

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0008/31/ekonomi/indu15.htm

LINTINGAN ROKOK MASIH JADI "EMAS" DI KABUPATEN INI...

HUT Ke-457 Kudus
LINTINGAN ROKOK MASIH JADI "EMAS" DI KABUPATEN INI...

Puluhan ribu pekerja melinting rokok. Tak mau kalah, mesin pun berputar menghasilkan jenis rokok lain. Sigaret kretek tangan, sigaret kretek mesin, dan klobot adalah produk olahan berbahan baku tembakau yang menjiwai Kabupaten Kudus.

Setiap tahun rata-rata 50 miliar batang rokok diproduksi kabupaten yang terletak di kawasan pantai utara Jawa ini. Bahkan, produksi tahun 2005 mencapai 55,9 miliar batang. Kantor Wilayah VI Bea Cukai Semarang mencatat hingga Juli 2005 di Kudus terdapat 385 unit usaha terdaftar sebagai pemilik Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai. Angka ini mencakup 27,7 persen dari 1.389 unit usaha rokok di Jateng. Kenyataannya, jumlah usaha rokok lebih banyak lagi, terutama dengan banyaknya pengusaha rokok tanpa pita cukai.

Perputaran uang di sektor usaha ini mencapai triliunan rupiah. Dalam lima tahun terakhir, nilai penggunaan pita cukai rokok di kabupaten dengan luas terkecil di Jateng ini tumbuh signifikan. Tahun 2001, penggunaan pita cukai rokok senilai Rp 2,99 triliun. Tahun 2005, nilai melonjak menjadi Rp 7,76 triliun. Pendorongnya antara lain peningkatan jumlah unit usaha dan produksi. Ini membawa dampak positif atas nilai ekspor. Meski volume ekspor rokok hanya sekitar 24 persen dari total volume ekspor, nilainya mencapai 31 persen dari total nilai ekspor. Nilai ekspor rokok tahun lalu sebesar Rp 12,83 juta dollar Amerika Serikat.

Sayang, hingga saat ini triliunan rupiah yang dihasilkan kurang terasa bagi Kudus. Kebijakan biaya cukai rokok yang seluruhnya diserap pemerintah pusat, tak menyisakan bagian bagi daerah penghasilnya. Peran strategis industri rokok lebih terasa bagi masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada industri ini. Tidak kurang dari 49.000 orang bekerja di perusahaan rokok atau 75 persen dari total pekerja sektor industri.

Di lain sisi, berbagai jenis industri yang lain tetap memiliki peran penting dalam perekonomian. Industri kertas, elektronika, makanan dan minuman, konveksi, hingga kerajinan bordir, juga memberi kontribusi yang tak sedikit. Hasilnya, sektor industri pengolahan menyumbang Rp 12,84 triliun atau 65 persen dari total pendapatan domestik regional bruto.

Jika dilihat dari pendapatan regional per kapita sebagai salah satu indikator, warga Kudus, yang hari Sabtu (23/9) ini berulang tahun, bisa dibilang makmur. Tahun 2004, pendapatan per kapita penduduknya mencapai Rp 17 juta lebih dan termasuk tertinggi di Jateng. Tetapi, pendidikan masyarakatnya masih perlu ditingkatkan. (Sugihandari/Litbang Kompas)

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0609/23/jateng/42026.htm

Minggu, 11 November 2007

Desain Grafis pada Kemasan

drs. AD Pirous MA

APA ITU DESAIN GRAFIS
Desain merupakan seluruh proses pemikiran dan perasaan yang akan menciptakan sesuatu, dengan menggabungkan fakta, konstruksl, fungsi dan estetika, untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Desain adalah suatu konsep pemecahan masalah rupa, warna, bahan, teknik, biaya, guna dan pemakaian yanq diungkapkan dalam gambar dan bentuk.

Kegiatan desain mencakup berbagai bidang, seperti bidang produksi, tekstil, interior, mebel, benda-benda pakai dan segala macam penciptaan benda yang membutuhkan paduan artistik fungsionil dan ekonomis dari yang mempergunakan teknologi rendah sampai dengan yang mempergunakan teknologi tinggi.

Demikian pula dalam bidang desain grafis masalahnya akan menyangkut teknik perencanaan gambar, bentuk, simbol, huruf, fotografi dan proses percetakan, yang disertai pula dengan pengertian tentang bahan dan biaya.

Tujuan utama desain grafis, tidak saja menciptakan desain atau perencanaan fungsional estetis, tetapi juga yang informatif dan komunikatif dengan masyarakat. Bila dilengkapi dengan pengertian psikologi massa, dan teori-teori pemasaran (ekonomi), maka karya-karya desain grafis ini dapat merupakan alat promosi dengan yang sangat ampuh.

Sekarang apa yang kita kenal sebagai dunia desain grafis mencakup bidang kegiatan yang semakin luas, mencakup semua aspek komunikasi melalui bentuk visual mulai dari penciptaan logo (trade mark), perencanaan dan pembuatan buku berikut wajah kulit, ilustrasi dan tipografinya, perencanaan wajah kalender, grafis untuk segala bentuk kemas, desain huruf untuk arsitektur, semua keperluan barang cetakan untuk sebuah hotel, tata huruf judul film dan TV, poster, film kartun, animasi untuk film iklan, grafik-komputer, barang cetakan untuk pelayanan masyarakat lewat benda pos, surat kabar, majalah, sampai dengan rambu lalu-lintas dan sebagainya. Tegasnya semua kebutuhan informasi visuil, yang perlu dikomunikasikan dari seseorang kepada yang lain atau bahkan yang dikomunikasikan secara massal, menjadi bidang kegiatan perencanaan grafis. Hal ini sesuai dengan tuntutan hidup effektif yang selalu membutuhkan informasi yang cukup dan baik.

PERENCANAAN SEBUAH KEMASAN
Kemasan adalah pelindung dari suatu barang, baik barang biasa mau pun barang-barang hasil produksi industri. Dalam dunia industri kemasan merupakan pemenuhan suatu kebutuhan akibat adanya hubungan antara penghasil barang dengan masyarakat pembeli. Untuk keperluan ini kemasan harus dapat menyandang beberapa fungsi yang harus dimilikinya seperti:
- tempat atau wadah dalam bentuk tertentu dan dapat melindungi barang dari kemungkinan rusak, sejak keluar dari pabrik sampai ke tangan pembeli, bahkan masih dapat digunakan sebagai wadah setelah isi barang habis terpakai, (dalam hal ini wadah tersebut masih menyandang fungsi iklannya).

Kemasan bukan hanya sebuah bungkus, tapi juga pelengkap rumah tangga; sebush botol kecap bagus dengan etiketnya yang menarik dapat menyemarakkan suasana tertentu di meja makan atau lemari di dapur; sebuah tempat kertas lap “Klenex” yang didesain menarik dapat memperindah kamar mandi dan botol parfum yang cantik memberikan kekhasan meja berhias seorang gadis.

- mutu kemasan dapat menumbuhkan kepercayaan dan pelengkap citradiri dan mempengaruhi calon pembeli untuk menjatuhkan pilihan terhadap barang yang dikemasnya (bungkus rokok yang berwibawa).

- kemasan mempunyai kemudahan dalam pemakaiannya (buka, tutup, pegang, bawa) tanpa mengurangi mutu ketahanannya dalam melindungi barang.

- rupa luar kemasan harus sesegera mungkin menimbulkan kesan yang benar tentang jenis isi barang yang dikemas.

- perencanaan yang baik dalam hal ukuran dan bentuk, sehingga efisien dan tidak sulit dalam hal pengepakan, pengiriman serta penempatan, demikian pula penyusunan dalam lemari pajang.

- melalui bentuk dan tata rupa yang dimilikinya kemasan berfungsi sebagai alat pemasar untuk mempertinggi daya jual barang. Dalam fungsi ini desain bentuk-kemasan harus mendapat dukungan penuh dari unsur desain-grafisnya, sehingga bentuk kemasan selain menarik harus dapat menyampaikan keterangan dan pesan-pesannya sendiri.

Mengingat konsumen Indonesia yang sebagian besar masih terbatas kemampuan melek hurufnya, maka sampai dengan pertengahan abad ini kita masih melihat bahasa gambar sangat banyak dipergunakan di samping bahasa warna dan huruf. Hal ini, dibuktikan dalam desain-desain merek-dagang, etiket kemasan, serta penggunaan warna untuk memperkuat identitas produk tersebut.

Di samping itu sejalan dengan keterbatasan kemampuan visual dan logika, lahir pula gambar-gambar dan nama-nama sederhana dari benda yang sangat dikenal dalam kehidupan kita sehari-hari, yang oleh industri rokok yang dipilihkan seperti: Djambu Bol, Djeruk, Sapi, Carok, Upet, Pompa, Sugu, Tang, Djarum, Gudang Garam dan sebagainya.

Suatu waktu pabrik rokok kretek Djarum, pernah memproduksi rokok kretek dengan beberapa jenis rasa yang dibedakan dari warna bungkus. Djarum Coklat, Djarum Merah, Djarum Kuning (antara tahun 1950-1960). Semua desain, tipe huruf, dan ukuran sama, kecuali warna dasarnya yang berbeda; jadi di sini ditekankan penggunaan warna. Kemudian, nama-nama aneh muncul dalam gaya seperti ini, sekadar untuk menghindarkan persamaan nama di Lembaga Pencatatan Paten.

Sebuah contoh: Gambar buaya sudah ada pada Lembaga Pencatatan Paten, maka seseorang tidak dapat mempergunakan logo yang sama untuk keperluan desain logo baru. Lalu jalan keluarnya, dia menambahkan kata baru di samping kata buaya, lalu mendaftarkan diri dengan merek “Buaya Gunung”; gambarnya adalah buaya dan gunung (Penelitian Wiyanto, skripsi merek Dagang di Indonesia tahun 1961-1962). Kesederhanaan cara melihat yang berasal dari logika bentuk sering terjadi, karena itu tidak mengherankan bila korek api Jonko ping Tandstick Fabriek, yang bergambar medali atau mata uang di pasar lebih dikenal dan dinamakan “Korek api cap Balon”; apa yang paling segera terlintas difikirkan dan mudah diingat.

Keberhasilan pemasaran suatu barang, tidak hanya ditentukan oleh mutu barang serta usaha promosi yang dilakukan, tetapi juga dalam upaya yang sama oleh mutu dan penampilan kemasan itu sendiri. -

Untuk kenyataan ini kita kenal filsafat pemasaran yang sudah lazim sejak abad ke 19 di Inggris “the product is the package”, barang produk ditentukan oleh kemasannya sendiri. Kesadaran akan kemasan adalah bahagian yang tak terpisah dari barang produk, sehingga tidak mengherankan bila sebuah biro perencanaan grafis bersikap “Kami tak dapat menaikkan mutu barang produk, karena itu kami tingkatan kemasannya”.

Karena itu mutu lain dari sebuah kemasan dinilai dari kemampuannya dalam memenuhi fungsi, di mana kemasan dituntut untuk memiliki daya tarik yang lebih besar daripada barang yang dibungkus di dalamnya. Keberhasilan daya tarik kemasan ditentukan oleh estetik yang menjadi bahan pertimbangan sejak awal perencanaan bentuk kemasan, karena pada dasarnya nilai estetik harus terkandung dalam keserasian antara bentuk dan penataan desain grafis tanpa melupakan kesan jenis, ciri dan sifat barang yang diproduksi.

UNSUR DESAIN GRAFIS
Bahasa desain grafis adalah bahasa visual, bahasa simbol yang diungkapkan melalui gambar, bentuk, warna dan aksara. Grafis harus dapat mengantarkan pesan yang ingin disampaikan oleh produsen barang lewat kemasan yang diciptakan; baik informasi mengenai isi maupun penjelasan mengenai cara pemakaian produk tersebut. Pemilihan tipe huruf yang berkarakter sesuai dengan jenis barang, dipadu saling menunjang dengan gambar ilustrasi yang tepat dan dicetak dengan teknik percetakan yang baik, akan membawakan pesan yang langsung ataupun yang tidak langsung dari barang tersebut terhadap kualitas dan nilainya. Gambar dan tulisan (teks), tidak saja penting sebagai daya tarik tetapi terutama cergas untuk berkomunikasi dengan konsumen tentang keterangan-keterangan yang diinginkan. Teks haruslah jelas, singkat, benar, mudah terbaca dan menyatu dengan desain keseluruhan.

Mempertimbangkan tata tertib desain sangat membantu untuk menghindarkan kesan desain yang kacau balau. Ketiga unsur grafis, gambar, huruf dan warna haruslah dapat menampilkan dirinya secara saling tenggang dan saling tunjang. Bentuk huruf nama produk yang seharusnya tampil utama, tidaklah layak diganggu oleh penggunaan warna-warna kontras yang menyilaukan, sebab warna yang keras hanya dapat berteriak, tapi tidak menyampaikan pesan. Gambar ilustrasi yang berkelebihan akan menenggelamkan pesan informasi tertulis yang juatru lebih penting. Teks yang dicetak dengan warna kuning atas dasar hitam akan sangat jelas terbaca, sebaliknya tulisan biru atas dasar merah akan bergerak memusingkan mata, dan warna kuning muda atas putih akan tidak terbaca. Demikian pula penggunaan bentuk huruf kecil akan lebih mudah dan enak dibaca dari pada huruf besar, dan pemilihan tipe huruf yang sederhana akan lebih menguntungkan dari pemakaian huruf yang dekoratif yang mungkin akan lebih indah tapi sukar terbaca.

Memperhitungkan tinggi dan tebal huruf yang seimbang, dan jarak spasi antara huruf lebih besar dari tebal huruf itu sendiri, sehingga semua pesan yang tertulis sangat mudah terbaca. Hindarkanlah kesan pada konsumen, sehingga seakan-akan kemasan itu berusaha menyembunyikan sesuatu. Dalam pemakaian teks, gunakanlah kata-kata yang mudah dimengerti, tidak terlalu panjang, tidak berarti ganda, karena kecenderungan konsumen adalah selalu mencari produk yang praktis dan bermanfaat yang kemudian baru mempertimbangkan soal harga.

Mengenai gambar atau ilustrasi dapat diungkapkan melalui gambar tangan ataupun melalui fotografi atau keduanya. Fungsi utama dari ilustrasi ini adalah untuk informasi visual tentang produk, pendukung teks, tentang penekanan suatu kesan tertentu atau sebagai penangkap mata untuk menarik calon pembeli untuk membaca teks. Berdasarkan kegunaannya, ilustrasi dengan gambar pada kemas dapat ditampilkan berupa barang produknya secara penuh atau gambar detailnya ataupun gambar yang berupa hiasan, atau ornamen yang simbolis saja.

Ilustrasi melalui gambar fotografi sering digunakan untuk meyakinkan kualitas isi barang; karena lebih menampilkan kenyataan benda tersebut. Hal ini terutama sering dipakai pada kemasan barang makanan. Dengan fotografi lebih mampu menggambarkan bahan dasar alami dari isi produk tersebut (sayur segar, buah-buahan, daging, ikan dan lain-lain).

Demikian pula dapat menunjukkan hasil yang bisa diperoleh dengan menggunakan produk tersebut (sop dengan kuah yang lezat, nasi goreng, kueh yang merangsang selera).

Cara yang sama dapat digunakan untak bidang kosmetik yang menampilkan wajah cantik, paras ayu dengan kulit halus yang lembut; atau rambut rapih yang anggun.

Bahkan lebih jauh dalam bungkus jamu Cap Djago, dipasang tokoh terkenal seperti Titik Puspa dan Mus Mualim, atau bintang terkenal lainnya. Hal ini semata dengan upaya untuk mencitrakan diri terhadap sesuatu yang membanggakan.

Warna adalah hal yang sangat penting dalam komunikasi dengan konsumen. Sehubungan dengan warna pada perencanaan grafis kemasan dapat dirasakan kegunaannya dalam beberapa sudut yang saling berkaitan. Yang sudah jelas kita mengenal 2 penggolongan warna, yaitu warna panas (merah, jingga, kuning) dan warna dingin (hijau, biru dan ungu).

Dari sudut kejiwaan warna panas dihubungkan dengan sikap spontan, meriah, terbuka, memacu gerak dan menggelisahkan, yang disebut “extroverted colour”, sedang warna dingin dihubungkan dengan sikap tertutup sejuk, santai, penuh pertimbangan dan disebut “introverted colours”. Kalau warna merah dianggap warna jantan, lambang darah yang mengalir di dalam tubuh, warna jingga mengesankan bersih, membangkitkan selera, ramah dan hangat. Kuning penuh gairah, ceria dan terang, merah jambu mengesankan kewanitaan dan warna hijau melambangkan suatu yang tumbuh dan harapan, sedangkan warna biru memberikan rasa tenang. Bila hijau membangkitkan ketenangan di bumi, maka biru memberikan kesunyian di langit.

Kecenderungan potensi dari warna ini tentunya dapat diterapkan dengan baik dalam pembuatan kemasan. Untuk menjelaskan kekuatan warna, pandangan dari segi psikologi mengemukakan, bahwa warna lebih dekat hubungan kepada emosi daripada kepada bentuk, sehingga pada sebuah kemasan warna tampil lebih awal dibandingkan dengan bentuk kemasannya dan untuk ini tidak begitu diperlukan pertimbangan-pertimbangan pengamatan.

Dapat kita bayangkan persaingan ketat yang akan dihadapi oleh sebuah produk dengan kemasnya pada sebuah rak pemajangan produk sejenis lainnya yang berpuluh-puluh jumlahnya. Bagi kemasan yang mempergunakan unsur grafis dan warna dengan lebih seksama tentu akan tampil sebagai pemikat utama bagi calon pembeli. Apalagi bila disadari bahwa daya ingat manusia terhadap bentuk lebih lamban dibanding terhadap warna dan orang dapat lupa terhadap nama sebuah produk tapi sukar lupa terhadap warna kemasnya. Sebagai contoh hal ini jelas terlihat pada kemasan film, Kodak (kuning), Fuji Color (hijau), Corned beef Cip/Pronas dan sardencis (merah), Sari Ayu (coklat tua), Mustika Ratu (merah tua).

Penerapan warna terhadap kemasan dapat pula dipertimbangkan dari sudut cerapan warna terhadap cerapan cecap. Dari sebuah angket terbatas mengenai pengaruh warna terhadap cecap (taste) yang dilakukan di antara ibu rumah tangga di Bandung, dapat diambil kesimpulan, bahwa warna merah memberikan cecap manis yang tertinggi, warna kuning memberikan cecap asam yang tertinggi warna biru terang dengan putih memberikan cecap asin dan warna merah-gelap dan hitam memberikan cecap pahit (penelitian Baby Ahnan, Skripsi “Sebuah Penelitian Jelajah Mengenai: Kemungkinan Timbulnya Cerapan Cecap/Akibat Cerapan Warna” Tahun 1983. Kesimpulan ini tentu dapat dipakai sebagai titik tolak pewarnaan kemasan khusus untuk makanan dan minuman di Indonesia.

Seterusnya mengenai masalah warna dalam kaitan selera publik konsumen dapat pula kita catat beberapa hal seperti :

- Warna anggun, canggih (sophisticated), kurang cocok untuk warna kosmetik yang dipasarkan di golongan masyarakat menengah ke bawah. Yang lebih disukai adalah warna cerah, yang agak meriah.

Menjua1 radio dengan warna merah, hijau, atau biru muda akan lebih mudah di daerah pedesaan.

Demikian pula warna bungkus rokok untuk masyarakat menengah ke bawah sebaiknya dengan warna lebih ceria. Sedangkan warna untuk bungkus rokok kretek Filtra yang kemasan cocok untuk kalangan orang bisnis, atau mencerminkan tingkatan sosial tertentu, dan rokok Djarum Super merah-hitam sesuai untuk golongan pemuda yang berjiwa muda atau romantis; apalagi bila didukung oleh kampanye iklan yang agak berbau erotis. Demikian pula untuk beberapa rokok cap tertentu di Indonesia yang pemasarannya di antara konsumen kelas bawah, terdapat keserasian tertentu dalam warna yang dipakai sesuai dengan daerah khas tertentu.

Untuk daerah Sumatera Utara disukai warna kuning pinang masak (chrome) atau warna merah; dan di daerah Jawa dengan warna merah, kuning lemon dan biru tua. Sebagai contoh, rokok Commodore berwarna bungkus merah dipasarkan di Medan dan sekitarnya; demikian pula rokok cap Galan dan Panamas yang konsumen terbesarnya di Sumatera.

Sehubungan dengan warna, dapat pula ditelusuri bahwa suatu jaman kadang-kadang mempunyai satu kecenderungan selera. Untuk generasi yang dibesarkan di sekitar Perang Dunia II, selera warnanya lebih tenang, mengungkapkan warna teduh, nyaris muram. Karena itu lahir satu gerakan kelompok pelukis yang tampil dengan warna-warna cemerlang di Eropah sebagai reaksi terhadap situasi tadi, di antaranya pelukis Josef Albers, Vasarely.

Selera lesu dari era ini diungkapkan dalam cita rasa warna berpakaian dan interior ruang dengan warna pastel abu-abu, kuning gading pucat, atau oker pudar.

Tapi pada generasi berikutnya yang dibesarkan pada masa kebudayaan Pop (Pop Culture), mereka lebih gandrung terhadap warna ceria, kontras, riang dan meriah. Secara psikologis dapat dihubungkan dengan masa “pembangunan” yang kurang mengalami kesukaran, suasana dunia yang lebih damai, terbuka; optimistis. Karena itu warna kemas saat ini umumnya lebih terang dan gembira.

KEMASAN UNTUK EKSPOR
Pada umumnya di Indonesia sampai dengan saat ini masih hidup dengan baik desain kemasan yang tradisionil (baik desain grafisnya maupun bahan yang dipergunakan) di samping desain kemas yang modern, yang pembuatannya didasarkan kepada konsep pemikiran yang modern juga. Bila kita masuk ke sebuah toko barang makanan kecil yang menjual makanan kering seperti jenis krupuk, kacang-kacangan, dodol, kueh kering, tauco, oncom, seperti toko-toko yang terdapat di jalan raya bypass kota Cianjur, maka kita akan temukan sebagian besar barang makanan itu dikemas dalam keadaan sederhana, baik bentak maupun grafisnya. Kemasan yang sebagian besar untuk hasil industri rumah ini, rupanya masih punya tempat dan akrab dengan konsumennya.

Di samping itu di kota-kota besar, terlihat suatu keadaan lain, sebagai hasil perkembangan pasar dan toko setelah tahun 1986 (era orde baru). Seperti kita ketahui roda ekonomi Indonesia mulai bergerak setelah tahun 1966, di mana penanaman modal asing di berbagai bidang, seperti pendirian industri/pabrik, makanan, obat-obatan, pakaian, elektronik, sampai kepada perakitan kendaraan. Pusat-pusat perbelanjaan makin banyak, di samping toko serba ada dan supermaket yang mewah.

Kehadiran toko-toko mewah ini merangsang lahirnya bentuk kemasan baru dari barang produksi dalam negeri. Sifat penjajaan barang di supermaket yang di antaranya setiap barang harus melayani dan menual dirinya sendiri, mendorong para produsen untuk menciptakan produk dengan kemasan yang sesuai. Barang-barang yang dijajakan di sebuah pasar syawalan akan diletakkan sesuai kelompok jenisnya. Sehingga kita akan mudah mendapat jenis barang tersebut sekaligus dengan berbagai ragam, merek, harga, tanda-niaga, isi, penjelasan dan tawaran cita rasanya. Barang produk tersebut tiba-tiba tenggelam ke dalam satu pertarungan yang sengit untuk dapat memenangkan perhatian pembeli. Pertarungan barang tersebut, adalah pertarungan perancangan bungkusnya, karena itu ini adalah pertarungan ilmu merancang kemasan. Untuk menentukan pilihan konsumen harus aktif. Suasana akan berlainan sekali, bila anda berbelanja di satu warung di pasar Inpres di mana pelayan warung akan mengejar anda dengan berbagai informasi dan menggoda anda untuk membeli barang tersebut; dan anda cukup dengan sikap pasif saja.

Seiring dengan derap kemajuan ekonomi kita, telah pula dimulai menggiatkan ekspor barang-barang produksi dalam negeri ke berbagai negara. Upaya ini tentunya harus didukung oleh mutu barang dan sekaligus mutu kemasannya yang berwibawa dan berdaya jual. Mengenai perencanaan kemasan ekspor ini dapatlah dicatat beberapa yang seyogyanya layak menjadi bahan pertimbangan bagi para produsen dan perencana grafis Indonesia.

- Beberapa bentuk kemasan berikut grafisnya dari sebuah barang yang diproduksi untuk pasar luar negeri sebaiknya tidak dibuat sama seperti yang dipasarkan untuk dalam negeri.

- Peka dan faham terhadap berbagai ragam kebudayaan dunia sangat penting dalam memperhitungkan desain kemas untuk ekspor. Hal ini didasari oleh adanya faktor lingkungan setempat yang harus dipertimbangkan. Sebagai contoh dapat diteliti apa yang dilakukan oleh sebuah perusahaan perencanaan dan konsultan untuk marketing dan komunikasi di San Francisco USA “Walter Landor Asoociates. Perusahaan ini telah mempekerjakan desainer dari berbagai bangsa, sesuai dengan kepentingan perencanaan barang untuk berbagai negara yang dituju seperti Jepang, Itali, Jerman, bahkan Inggris. Kemasan untuk ekspor adalah hal yang sangat khas karena itu sebaiknya ditangani oleh desainer dari negara tujuan ekspor yang bersangkutan dan bekerjasama dengan perencana Indonesia.

- Lazimnya kemasan yang akan dipasarkan telah melalui hasil riset di atas dan uji lapangan yang mendalam, baik dalam bentuk dan bahan kemasan maupun desain grafisnya, mengingat tingginya fakta perbedaan iklim, bahasa, kemampuan membaca, syarat perdagangan, pajak, lalu lintas pengiriman dan lain-lain.

- Setiap barang produk yang akan diekspor, haruslah juga melengkapi desain kemasannya dengan persyaratan kode komputerisasi yang telah dipakai di mana-mana, untuk memudahkan penghitungan harga.

- Harus pula mempertimbangkan penggunaan unsur simbolisme yang diucapkan melalui bentuk dan warna. Dapat dibayangkan kebijaksanaan bagaimana yang akan diambil, bila akan merencanakan kemasan kita untuk diekspor, muncul masalah warna dan gambar sebagai berikut:

- Warna “merah”, sangat disukai di Itali, Singapura, Yugoslavia, Meksiko, dan bagi orang Amerika merah adalah warna yang bersih, sedang bagi bangsa Inggris, Chili, Guatemala, Belanda, Venezuela dan Swedia termasuk warna yang kurang disukai.

- Warna “biru” disukai di Inggris, dianggap warna maskulin di Swedia, tapi feminin di Belanda.

- Warna “kuning” dan “emas”, disukai sekali oleh negara-negara di Asia seperti Jepang, Malaysia, Filipina, Burma, Ceylon, Singapura dan Hongkong.

- Warna “hijau”, dianggap sebagai warna yang serasi dan sejuk oleh bangsa Amerika, Iran, Irak, Sudan, Jordania, India, Pakistan, dan bagi bangsa Arab malah dianggap sebagai warna suci yang kurang bijaksana untuk dipakai sebagai warna kemas.

- Warna “hitam”, hampir semua bangsa seperti Amerika, Afrika Selatan, Tunisia, Afganistan, India, Saudi Arabia, Vietnam, Hongkong, Perancis, Jerman, Denmark, dan Australia merasa kurang cocok, tetapi di Spanyol malah banyak dipakai untuk kemasan makanan.

Demikian pula mengenai masalah “gambar”,

- Gambar Harimau, Singa, Naga dan Gajah, disenangi di RRC, Taiwan, dan Hongkong, sedang gambar gajah tidak disukai di Tahiti

- Bagi Singapura dan Malaysia, mereka kurang dapat menerima gambar ular, babi, sapi dan kura-kura.

- India anti terhadap gambar sapi dan anjing, tapi suka kepada gambar monyet.

- Swiss akan peka sekali terhadap bentuk palang merah atau palang putih atas dasar merah.

- Saran khusus yang penting dihayati oleh para produsen dan pendesain kemasan Indonesia adalah agar menempatkan persoalan pengemasan ini, tidak saja sebagai faktor ekonomis yang berhubungan dengan peningkatan pemasaran barang saja, tetapi juga sebagai faktor kulturil yang membawa citra wibawa bangsa. Suatu contoh yang dapat kita tiru adalah apa yang telah dilakukan oleh Jepang terhadap seni pengemasan barang produk mereka. Seluruh nafas keseni-rupaan Jepang dapat terpancar pada rancangan grafis kemasan barangnya; sebagai sebuah tontonan kesenian. Apakah kita layak mempunyai optimisme ke arah demikian, memang sangat tergantung kepada sikap dan keinginan kita sendiri.

Demikianlah secara singkat yang dapat disampaikan dalam kesempatan pembicaraan mengenai peranan desain grafis pada kemasan dan pada akhirnya ingin saya tekankan “Bila bentuk kemas itu hanya dapat melindungi isi barang yang dikemas, tapi desain grafisnya akan menjual barang tersebut kepada pembeli”

Sumber: Buku ”Simposium Disain Grafis” Fakultas Seni Rupa dan Disain Institut Seni Indonesia- Yogyakarta, dalam rangka Purna Bakti drs. R. Soetopo sebagai tenaga pengajar Fakultas Seni Rupa dan Disain, yang diselenggarakan pada tanggal 4 April 1989.

http://desaingrafisindonesia.wordpress.com/2007/06/25/desain-grafis-pada-kemasan/

Psikologi Warna



Pada abad ke-15, lama sebelum para ilmuwan memperkenalkan warna, Leonardo da Vinci menemukan warna utama yang fundamental, yang kadang-kadang disebut warna utama psikologis, yaitu merah, kuning, biru, hitam dan putih. Pengenalan bentuk merupakan proses perkembangan intelektual sedangkan warna merupakan proses intuisi. Eksperimen menunjukkan bahwa objek yang berwarna hampir selalu menjadi pilihan.

Marial L. David dalam bukunya Visual Design in Dress, menggolongkan warna menjadi dua, warna ekternal dan internal. Warna ekternal adalah warna yang bersifat fisika dan faali, sedangkan warna internal adalah warna sebagai persepsi manusia, cara manusia melihat warna kemudian mengolahnya di otak dan cara mengekspresikannya. (Darmaprawira, 2002:30).

Pengaruh Warna terhadap Emosi

Warna merah memiliki efek emosional yang tajam dibandingkan dengan warna lainnya. Havelock Ellis pada artikelnya Psychology of Red dalam ‘Popular Science’ mengatakan bahwa pada spektrum warna merah itu timbul paling bawah, tetapi munculnya pada mata kita adalah paling cepat dan kuat.

Para ahli menyimpulkan bahwa warna-warna cerah menunjukkan tendensi emosional yang tinggi. penggunaan warna biru dan hitam yang berulang-ulang mengidikasikan kontrol pribadi dan penahanan emosi. Ada kemungkinan bahwa warna memiliki nilai efektif tertinggi dan memperhatikan ungkapan yang tak tertahankan.

Beberapa hasil penelitian menurut Maitland Graves dari bukunya yang berjudul The Art of Color and Design.

1. Warna panas/ hangat ; keluarga kuning, jingga, merah. Sifatnya : positif, agresif, aktif, merangsang.
2. Warna dingin/ sejuk : Keluarga hijau, biru, unggu. Sifatnya : negative, mundur, tenang, tersisih, aman.
3. Warna yang disukai mempunyai urutan seperti berikut :

* merah
* biru
* ungu
* hijau
* jungga
* kuning

Bandingkan dengan hasil penelitian yang dikenakan kepada anak praremaja dan pascaremaja oleh F.S. Breeds dan SE, Katz.

1. warna merah lebih popular untuk wanita dan warna biru lebih popular untuk pria
2. Sebagian peneliti berkesimpulan bahwa wanita lebih sensitive terhadap warna daripada pria. Hal tersebut kemungkinan karena lebih banyak pria yang buta warna dibandingkan dengan wanita.
3. Warna murni dan hangat disukai untuk ruangan sempit sementara warna pastel disukai untuk ruangan yang luas.

Kombinasi warna-warna yang disukai adalah :

* Warna-warna kontras atau komplemen
* Warna selaras analog atau nada.
* Warna monokromatik.

Sementara menurut Hideaki Chijawa dalam bukunya Color Harmony membuat klasifikasi lain warna-warna, ia pun mengambil dasar dari karakteristiknya yaitu :

* Warna hangat : merah, kuning, coklat, jingga. Dalam lingkaran warna terutama warna-warna yang berada dari merah ke kuning.
* Warna sejuk : dalam lingkaran warna terletak dari hijau ke ungu melalui biru
* Warna tegas : warna biru, merah, kuning, putih, hitam
* Warna tua/gelap : warna-warna tua yang mendekati warna hitam (coklat tua, biru tua, dsb).
* Warna muda/terang : warna-warna yang mendekati warna putih.
* Warna tenggelam : semua warna yang diberi campuran abu-abu.

Nilai Warna

Nilai warna diambil dari bahasa Inggris Value, yaitu tingkat atau urutan kecerahan suatu warna. Nilai tersebut akan membedakan kualitas tingkat kecerahan warna, misalnya kita akan membedakan warna merah murni dengan warna merah tua (gelap) atau dengan warna merah muda (terang). Secara teoritis diagram tingkatan nilai yang bisa digunakan adalah 9 tingkat, mulai dari yagn tercerah Putih (p), melalui deretan abu-abu netral (Kn) sampai kepada yang tergelap Hitam. Dr. Denman W. Ross, membagi interval nilai ini menjadi 9 langkah dengan berjarak tetap dan diberi simbol 2 sampai 8 dengan Kn nomor 5 yang paling netral.


Putih mempunyai nilai tertinggi, tidak ada warna lain yang mempunyai nilai setinggi putih. Sedangkan hitam mempunyai nilai terendah, tidak ada warna lain yang mempunyai nilai segelap atau serendah hitam.

Bila dimensi kedua nilai ini dimasukkan ke dalam skema lingkaran warna, maka akan berubah nilai skalanya secara gradual, nilai tertinggi di puncaknya dan nilai terendah atau tergelap paling bawah. Nilai warna akan berubah bila ditambah putih. Untuk pigmen pencampuran mudah dilakukan. Bila warna ingin dibuat lebih terang tinggal menambahkan putih sebalikknya bila warna ingin dibuat lebih gelap tinggal menambahkan hitam. Jadi, setiap warna dapat diubah nilainya Nilai yang paling netral adalah abu-abu nomor 5 (Kn.5). Deretan nilai di atas Kn.5 disebut nilai tinggi dan dibawah Kn.5 disebut rendah, maka secara numerik bisa diidentifikasi tingkatan nilainya. Bila dihubungkan dengan warna nilai yang lebih terang disebut warna cerah atau warna muda, sebaliknya warna yang nilainya lebih rendah disebut warna gelap atau warna tua.

Nilai dapat memberikan efek yang berlainan terhadap warna. Contoh : untuk hal tersebut misalnya meletakkan sebuah warna dalam ukuran dan tingkat kecerahan yang sama diatas latar belakang putih, di atas latar belakang abu-abu netral dan di atas hitam. ketiganya dijejerkan dan akan tampak efek yang berlainan. Warna tersebut akan tampak lebih tua di atas putih, akan tampak tetap di atas abu-abu netral, dan tampak lebih cerah atau lebih muda di atas hitam.

Dalam penggunaannya, nilai cerah akan menambah luas ukuran suatu objek. Misalnya ruangan sempit yang dindingnya dicat dengan warna cerah akan terasa lebih luas dari ukuran yang sebenarnya bila memakai warna cerah. Sebaliknya nilai gelap akan terasa mempersempit atau memperkecil ukuran yang sebenarnya dari suatu objek. Disamping akan memperlebar atau mempersempit, nilai warna dapat pula mengubah jarak. Sebagai contoh, sebuah ruangan akan terasa lebih tinggi bila warna langit-langit ruangan itu diberi warna bernilai cerah.

Putih serta nilai cerah lainya akan memantulkan warna, sedangkan hitam akan menyerap warna/cahaya. Hitam juga akan mempersatukan warna dalam suatu komposisi, serta akan membantu menyelaraskan suatu susunan warna-warna yang kuat dalam nilai-nilai yang sama.

Kontras yang kuat antara putih dan hitam atau antara cerah dan gelap kesannya lebih mencolok dibandingkan dengan kontras antara warna-warna yang kuat dalam nilai yang sama.

Dari uraian mengenai nilai dapat dibuat rangkuman sebagai berikut :

1. Putih terasa menambah kecerahan warna serta menambah ukuran atau skala karena putih memantulkan cahaya.
2. Hitam menyerap warna serta menciutkan ukuran karena hitam menyerap cahaya.
3. Abu-abu akan menetralisir, makin dekat warna makin dekat nilai abu-abu dan makin kuat netralnya.
4. Putih di atas hitam terasa kurang mencolok dibandingkan dengan hitam di atas putih, karena putih memantulkan cahaya sedangkan hitam menyerapnya.
5. Nilai kontras yang kuat mempunyai kekuatan untuk menarik perhatian dan bila tidak digunakan secara ahli akan menimbulkan suatu efek yang membingungkan.
6. Nilai yang berdekatan mempunyai sifat yang aman/damai.
7. Nilai kontras yang kuat akan membuat siluet suatu objek.

Pencampuran warna dengan hitam, putih atau abu-abu akan menghasilkan tiga macam tingkat kecerahan warna, yaitu skema-warna-2.pngyang dinamakan deretan warna cerah tints, deretan warna nada atau tones, dan deretan warna gelap atau shades.


Faber Birren dalam bukunya Principles of Color membuat suatu skema ketiga tingkatan warna tersebut, yang memperjelas hal itu. Di bagian kiri kita melihat warna murni (color) yang diambil dari salah satu warna pada lingkaran warna. Di sebelah kanan atas putih (white), dan di kanan bagian bawah hitam (black). Warna murni yang dicampur dengan putih dan dibuat sederetan langkah yang konstan menghasilkan sederet warna cerah (tints). Warna murni dicampurkan dengan hitam dan setelah ditemukan warna pertengahan atau intermediate lalu dibuat sederet warna campuran dengan langkah yang konstan akan tercipta sederet warna gelap (shade).

Abu-abu pertengahan antara hitam dan putih (Kn.5) yang dicampur dengan warna murni akan menghasilkan sederet warna nada (tones) dengan langkah yang konstan pula.

Para pelukis impresionis dan neoimpresionis memainkan ketiga tingkat kecerahan warna tersebut dalam karya lukis mereka. Beberapa seniman di antaranya Renior, menggunakan hitam sebagai aksen.

Intensitas atau Kekuatan Warna/Kharoma

Dimensi warna ketiga adalah apa yang dinamakan intensitas, yaitu yang menyatakan kekuatan atau kelemahan warna, daya pancar warna dan kemurnian warna. Dapat juga dikatakan, seberapa jauh suatu warna jaraknya dari kelabu atau dari netral. Intensitas adalah kualitas warna yang menyebabkan warna itu berbicara, berteriak, atau berbisik dalam nada yang lembut.

Maitland Graves dalam bukunya The Art of Color and Design membedakan ketiga dimensi warna itu seperti yang dikatakannya "Hue is the name of color. Value is the brightness or luminosity of color. Charoma is the strength, intensity, or purity of a color".

Ia menyebut kharoma untuk istilah intensitas sebagai istilah yang digunakan

oleh A. Munsell.

Dua warna mungkin akan sama namanya, misalnya merah, dan nilainya pun mungkin sama, tetapi mungkin akan berbeda dari segi intensitas atau kekuatannya, yang satu mungkin lebih kuat dari yang lainnya. Warna yang penuh intensitasnya akan sangat menarik perhatian atau menonjol dan memberikan penampilan yang cemerlang. Warna yang intensitasnya rendah lebih subtil (halus, lembut).

Perubahan intensitas sebuah warna akan mungkin melalui pencampuran dengan salah satu dari warna kontrasnya atau warna komplemennya.

Bila dua warna kontras dicampur, keduanya akan saling menetralisir. Dan bila dicampur dalam proporsi tertentu keduanya akan saling merusak, akibatnya akan menjadi warna netral kelabu. Bila suatu warna telah memiliki cukup campuran warna komplemennya sehingga menjadi setengah netral, maka warna itu hanya memiliki intensitas setengahnya.

Jadi, pada dasarnya intensitas atau kemurnian warna dapat dikurangi dengan
cara mencampurkannya satu dengan lainnya.warna sekunder intensitasnya tidak sepenuhnya warna primer, warna tersier intensitasnya tidak sepenuhnya warna sekunder dan seterusnya. Hal tersebut merupakan kebalikan dari pencampuran warna subtraktif. Sebab pencampuran antara warna-warna cahaya justru akan menambah murni warna, terutama bila seluruh warna dicampur akan menghasilkan warna putih. Sedangkan pada warna aditif seperti pigmen atau celup pencampuran, banyak warna akan menyebabkan menjadi abu-abu.

Cara lainnya untuk menurunkan intensitas atau kemurnian warna adalah dengan mencampurkan warna murni dengan salah satu dari deretan nilai dengan hitam atau dengan putih atau dengan salah satu abu-abu. Satu langkah intensitas adalah sebuah unit ukuran perubahan sebuah warna antara abu-abu netral dengan warna yang memiliki intensitas penuh atau maksimal menunjukkan hubungan antara warna, nilai, dan intensitas.

Kemurnian warna dapat berbeda-beda, tidak selalu dalam jarak yang sama dari sumbu nilai. Dapat saja beberapa warnanya letaknya lebih jauh dari sumbu serta bisa dibuat unit langkah yang baru, hal tersebut bergantung kepada pigmennya. Intensitas pigmen merah termurni misalnya, ternyata lebih kuat dari intensitas hijau murni. Demikian juga pigmen-pigmen lainnya yang secara alamiah intensitasnya kuat pada nilai tertentu, ternyata pada nilai lainnya ia lemah.

Menurut penelitian secara umum, warna panas merangsang anak-anak, orang primitive, sederhana, dan bersifat ekstrovert. Warna dingin bersifat tenang, introvert, dewasa, matang. Kesimpulan ini mungkin terlalu empiris dan luas, karena reaksi emosional tidak terlalu mudah diukur, namun kesimpulan ini untuk sementara dapat dipegang.

"Sulasmi Darmaprawira W.A"

Unsur Desain

Unsur

Dalam Pembuatan sebuah desain kita perlu memperhatikan bentuk desain yang Anda inginkan. Tentunya supaya desain Anda dapat dilihat bagus (sesuai maksud dan tujuan Anda membuatnya), maka unsur-unsur pembuatan desain yang perlu diperhatikan adalah :

1. Garis (Line)
Sebuah garis adalah unsur desain yang menghubungkan antara satu titik poin dengan titik poin yang lain sehingga bisa berbentuk gambar garis lengkung (curve) atau lurus (straight). Garis adalah unsur dasar untuk membangun bentuk atau konstruksi desain.

2. Bentuk (Shape)
Bentuk adalah segala hal yang memiliki diameter tinggi dan lebar. Bentuk dasar yang dikenal orang adalah kotak (rectangle), lingkaran (circle), dan segitiga (triangle). Sementara pada kategori sifatnya, bentuk dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

2.1) Huruf (Character) : yang direpresentasikan dalam bentuk visual yang dapat digunakan untuk membentuk tulisan sebagai wakil dari bahasa verbal dengan bentuk visual langsung, seperti A, B, C, dsb.

2.2) Simbol (Symbol) : yang direpresentasikan dalam bentuk visual yang mewakili bentuk benda secara sederhana dan dapat dipahami secara umum sebagai simbol atau lambang untuk menggambarkan suatu bentuk benda nyata, misalnya gambar orang, bintang, matahari dalam bentuk sederhana (simbol), bukan dalam bentuk nyata (dengan detail).

2.3) Bentuk Nyata (Form) : bentuk ini betul-betul mencerminkan kondisi fisik dari suatu obyek. Seperti gambar manusia secara detil, hewan atau benda lainnya.

3. Tekstur (Texture)
Tekstur adalah tampilan permukaan (corak) dari suatu benda yang dapat dinilai dengan cara dilihat atau diraba. Yang pada prakteknya, tekstur sering dikategorikan sebagai corak dari suatu permukaan benda, misalnya permukaan karpet, baju, kulit kayu, dan lain sebagainya.

4. Ruang (Space)
Ruang merupakan jarak antara suatu bentuk dengan bentuk lainnya yang pada praktek desain dapat dijadikan unsur untuk memberi efek estetika desain. Sebagai contoh, tanpa ruang Anda tidak akan tahu mana kata dan mana kalimat atau paragraf. Tanpa ruang Anda tidak tahu mana yang harus dilihat terlebih dahulu, kapan harus membaca dan kapan harus berhenti sebentar. Dalam bentuk fisiknya pengidentifikasian ruang digolongkan menjadi dua unsur, yaitu obyek (figure) dan latar belakang (background).

5. Ukuran (Size)
Ukuran adalah unsur lain dalam desain yang mendefinisikan besar kecilnya suatu obyek. Dengan menggunakan unsur ini Anda dapat menciptakan kontras dan penekanan (emphasis) pada obyek desain anda sehingga orang akan tahu mana yang akan dilihat atau dibaca terlebih dahulu.

6. Warna (Color)
Warna merupakan unsur penting dalam obyek desain. Karena dengan warna orang bisa menampilkan identitas, menyampaikan pesan atau membedakan sifat dari bentuk-bentuk bentuk visual secara jelas. Dalam prakteknya warna dibedakan menjadi dua: yaitu warna yang ditimbulkan karena sinar (Additive color/RGB) yang biasanya digunakan pada warna lampu, monitor, TV dan sebagainya, dan warna yang dibuat dengan unsur-unsur tinta atau cat (Substractive color/CMYK) yang biasanya digunakan dalam proses pencetakan gambar ke permukaan benda padat seperti kertas, logam, kain atau plastik.

Dengan menggunakan unsur-unsur desain tersebut, Anda akan membuat bentuk desain yang Anda inginkan. Tentunya supaya desain Anda dapat dilihat bagus (sesuai maksud dan tujuan Anda membuatnya), maka Anda harus mengenal unsur-unsur di atas secara baik.

http://dosen.palcomtech.ac.id/syahbana/tiuh/category/warna-typography-unsur-desain/page/2/

Waspadai Jamu Berbahan Kimia Obat Keras

Waspadai Jamu Berbahan Kimia Obat Keras
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (POM
Departemen Kesehatan memerintahkan penarikan obat
tradisional/jamu yang tak terdaftar dan mengandung bahan
kimia obat dari peredaran, karena bisa membahayakan
kesehatan. Demikian penegasan Dirjen POM Drs Sampurno MBA
saat dihubungi, Rabu, 14 Juli.
Hasil operasi pengawasan aparat Ditjen POM menemukan 54
jenis obat tradisional yang mengandung bahan kimia obat,
beberapa diantaranya obat keras yang termasuk daftar G,
seperti prednison, fenilbutason, deksametason, indometasin
dan furosemida. Obat-obat tradisional itu diproduksi di
wilayah Kabupaten Cilacap, Banyumas dan Karawang.
Pencampuran bahan kimia obat menyebabkan jamu tampak manjur
karena menghilangkan gejala seperti pegal linu. Tapi
sebenarnya penyebab penyakit tidak hilang, bahkan konsumsi
dalam jangka lama mempunyai efek samping merusak ginjal dan
hati.
Kortikosteroid macam prednisonbisa menyebabkan moon
face(muka bengkak) dan sebagainya.
Berikut Daftar Jamu yang tak Terdaftar dan mengandung Bahan
Kimia Obat Keras serta Produsennya:
DAFTAR JAMU YANG TIDAK TERDAFTAR DAN MENGANDUNG BAHAN KIMIA
OBAT KERAS

No
Nama Jamu
Bahan Kimia Jamu yang dikandung
Produsen

1 J. Sinatren (kemasan kuning)
Deksamitason
PJ. Sinatren Krawang

2 J. Sinatren (kemasan Cokelat)
CTM
PJ. Sinatren Krawang


3 J. Serbuk Sehat No. 2
Antalgin
PJ. Serbuk Sehat

4 J. Serbuk Manjur Cidelaras No. 7
Teofilin
PJ. Cidelaras

5 J. Anti Reumatik Cap Laba-laba
Fenilbutason Desamitason
PJ. Sinar laba-laba, Cilacap

6 J. Serbuk Super No.7 Sesak Nafas
Teofilin
PJ. Akar Rimba, Cilacap

7 J. Raga Super Akar Wangi No.7
Parasetamol, Teofilin
PJ. Raga Super, Cilacap

8 J. Super SR. Putri Sinden
Antalgin
Kopja Sabuk Kuning, Banyumas

9 J. Super Megic Bajang Laut Rheumatik
Antalgin, Fenilbutason
Kopja Aneka Sari, Cilacap

10 J. Super Prima Cap Dua Padi A1
Antalgin, Fenilbutason
Kopja Sabuk Kuning, Banyumas

11 J. Serbuk Super Encok/Rheumatik
Fenilbutason
PJ. Serbuk Super

12 J. Rogo Jampi
Antalgin, Teofilin, Deksamitason
PJ. Rogo Jampi, Cilacap

13 J. Pelangsing Tubuh
Furosemida
PJ. Super Sehat, Cilacap

14 J. Bunga Cendana Sesak Nafas/Asma
Teofilin
Kopja Bunga Cendana, Cilacap

15 J. Darah Tinggi (DT)
Antalgin
PJ. Serbuk Mujarap, Cilacap

16 J. Anti Rheumatik Jaya Kusuma Super
Antalgin, Prednilsolon
PJ. Jaya Kusuma, Cilacap

17 J. Sesak Nafas
Teofilin
PJ. Sinar Sehat, Cilacap

18 J. Rheumatik (Pegel Linu)2
Antalgin
PJ. Sari Alam, Cilacap

19 J. Rheumatik Primadona 2
Antalgin
PJ. Pribumi Bangun Tama, Cilacap

20 J. Serbuk Sesak Nafas 7
Teofilin
PJ. Serbuk Perkasa, Cilacap

21 J. Rheumatik 2
Fenilbutason
PJ. Serbuk Kuning, Banyumas

22 J. Rheumatik Serbuk Sehat
Fenilbutason, Indometasin
PJ. Lestari Jaya, Banyumas

23 J. Gemuk Sehat Akar Murni
Fenilbutaso
PJ. Tunggal Sehat, Banyumas

24 J. Akar Pribumi
Antalgin
PJ. Sari Alam, Banyumas

25 J. Rheumatik Encok No 2 Prima Jasa
Antalgin
PJ. Prima Jaya, Banyumas

26 J. Akar Lawang (Super Prima)
Antalgin
PJ. Prima Jaya, Banyumas

27 J. Langsing Pil
Furosemida
PJ. Putri Sinden, Banyumas

28 J. Gemuk Sehat No. 1 Super Jaya Kusuma
Antalgin
PJ. Jaya Kusuma Kopja Aneka Sari, Cilacap

29 J. Rheumatik Sari Alam
Deksamitason
PJ. Sari Alam Kopja Aneka Sari, Cilacap

30 J. Lemah Syahwat Pria Jantan
Parasetamol
PJ. Sari Alam Kopja Aneka Sari, Cilacap


Kompas, 15/07/1999

Minggu, 28 Oktober 2007

Analisa Sederhana Kemasan Kertas Sigaret Sinden



penafsiran (ekspresionistik)
Jika tidak ada tulisan "Kertas Sigaret Sinden" maka belum tentu orang akan menyadari bahwa ini adalah kertas rokok. Namun hubungan yang mungkin tercipta antara gambar sinden dengan kertas rokok karena hubungan tidak tersirat dalam sejarah sinden dengan harapan produsen yang menginginkan kertas cigaret sinden ini digemari seperti tarian sinden

kaitan sosial (instrumentalistik)
Jika tidak ada tulisan "Kertas Sigaret Sinden" maka belum tentu orang akan menyadari bahwa ini adalah kertas rokok. Namun hubungan yang mungkin tercipta antara gambar sinden dengan kertas rokok karena hubungan tidak tersirat dalam sejarah sinden dengan harapan produsen yang menginginkan kertas cigaret sinden ini digemari seperti tarian sinden

Analisa Sederhana Kemasan Jamu Jawa sehat Lelaki



penafsiran (ekspresionistik)
menurut kami, ilustrasi tersebut cukup mengena karena seorang binaragawan umumnya melambangkan keperkasaan laki-laki, sehingga untuk jamu sehat lelaki ini digunakanlah ilustrasi binaragawan

kaitan sosial (instrumentalistik)
jika tidak ada tulisan jamu, maka sulit untuk mengetahui bahwa kemasan ini adalah sebuah produk jamu

Analisa Sederhana Kemasan Kresno



penafsiran (ekspresionistik)
Kemasan ini terlihat mencolok dengan penggunaan warna yang terang. Ilustrasi kurang menggambarkan produknya, sehingga jika tidak ada typografi bertuliskan wenter wantek akan sulit mengetahui bahwa produk ini adalah produk pewarna pakaian

kaitan sosial (instrumentalistik)
Ilustrasi cukup menggambarkan bahwa produk ini berasal dari Jawa dengan pemakaian gambar wayang Kresno, namun penggunaan kata wenter wantek kurang efektif karena tidak semua orang mengetahui artinya.

Sabtu, 27 Oktober 2007

Analisa Sederhana Kemasan Redbell



penafsiran (ekspresionistik)
kemasan ini terlihat menarik perhatian dengan perpaduan warna merah, kuning, dan biru yang kontras. Namun secara sekilas, sulit diketahui bahwa itu adalah kemasan untuk produk pewarna makanan.

kaitan sosial (instrumentalistik)
kemasan ini tidak terlihat adanya kaitan sosial karena tidak ada ilustrasi, hanya unsur warna saja yang ditonjolkan.

Jumat, 26 Oktober 2007

Kami teLah Kembali...!!!

Sudah lama sekali kami tak mengupdate Blog..
Setelah melalui Ujian yang panjang...
Tugas-Tugas yang datang silih brganti..
Dilanjutkan Libur Lebaran yang Panjang..
Akhirnya..
Kami semua kembali ke Kampus..
Dan memulai Aktifitas kami seperti semula..
Kuliah-TugaS-Kerja KelompoK-Rapat Organisasi dan Masi Banyak Lain2nyaaa...

Namun...
seLain itUh semua Kami ingin teTap meLanjuTkan membaHas tenTang Packaging keMasan lama terutama kemasan kertas rokok sinden..
dan sePanjang Waktu kaMi tiDak menG-uPdate bLog..
kaMi sempaT membaHas secara singkat tentang Kemasan dari beberapa sudut pandang...
seTelah ituh kami juGa tetaP mnCari dan MengumpuLkan data2...
Semoga hasil analisa kami tdk mengecewakan...

Cheerss..^^

-Kelompok Clover-

Selasa, 02 Oktober 2007

Rokok Kretek Dapat Sebabkan Karies Spesifik

Kamis, 30 Januari 2003

Jakarta, Kompas - Cengkeh sebagai bahan campuran dalam rokok kretek ternyata mengandung zat aktif euganol berkadar tinggi. Asap rokok kretek yang mengandung zat aktif tersebut akan masuk melalui lubang mikro ke bagian organik email sehingga mencapai perbatasan email (lapisan paling luar gigi) dengan dentin (lapisan di bawah email). Dampaknya, perokok bisa menderita gangguan gigi berupa karies atau gigi berlubang.

Demikian dikemukakan Farida Soetiarto ketika mempertahankan desertasi berjudul Analisis Karies Spesifik yang Berhubungan dengan Rokok Kretek di depan Senat Akademik Universitas Indonesia (UI) di Kampus UI Salemba Jakarta, Rabu (29/1). Farida akhirnya mendapat gelar doktor bidang epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat UI dengan predikat cum laude.

Berdasarkan pemeriksaan menggunakan alat Electron Dispersion X-Ray Miicroanalysis, Farida menemukan, gigi yang mengandung euganol akibat rokok kretek akan menurun kandungan oksigennya sedang kadar kalsium gigi meningkat. Akibatnya, lapisan email pada gigi perokok kretek mengalami pelubangan lunak sehingga gigi menjadi rapuh.

"Sebab, oksigen sangat berperan mengikat kristal hidroksi apatit agar tetap stabil, sehingga tetap mempertahankan kekerasan email," papar Farida.

Karies yang terbentuk bergantung pada frekuensi merokok dan jumlah rokok yang diisap setiap hari. Semakin lama seseorang mengisap rokok kretek, semakin besar peluang menderita karies spesifik. Mereka yang merokok lebih dari 18 batang per hari, lebih besar risikonya terkena karies spesifik.

"Jadi, bukan hanya karena sudah lama mengonsumsi rokok kretek saja yang berpeluang terkena karies spesifik. Mereka yang belum terlalu lama merokok tetapi menghabiskan jumlah rokok lebih banyak per harinya juga berpeluang besar menderita karies tersebut," kata Farida.

Menurut dia, kandungan euganol dalam asap rokok akan mengendap pada gigi bagian depan-yang selama ini dianggap paling mudah dibersihkan. Justru karena asap rokok selalu melewati bagian tersebut maka memungkinkan terjadinya penumpukan euganol pada gigi. Akibatnya, karies gigi spesifik akan lebih sering terlihat pada gigi bagian depan.

Tingkat kejadian karies spesifik karena euganol dalam asap rokok kretek di Indonesia mencapai 57,7 persen. Menurut Farida, angka tersebut masih mungkin mengalami peningkatan karena konsumen rokok kretek di Indonesia juga cenderung meningkat.

Farida mengusulkan, pemerintah sebaiknya segera membuat peraturan mengenai batas maksimal kandungan zat aktif euganol pada rokok sebesar 1,5 miligram per batang. Berdasarkan penelitian Farida, beberapa merek rokok kretek yang beredar di pasaran saat ini mengandung zat aktif euganol hingga 12,92 miligram per batang. (B03)

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0301/30/iptek/106165.htm

Jawa Masih Pasar Terbesar Rokok

Sabtu, 23 September 2006

Magelang, Kompas - Pulau Jawa masih menjadi pasar terbesar untuk produsen rokok. Sekitar 69,2 persen produksi rokok nasional diserap konsumen di Jawa. Kondisi itu relatif tidak berubah selama bertahun-tahun karena penduduk di negeri ini terkonsentrasi di Jawa. Pada tahun 2005 produksi rokok nasional mencapai 202,3 miliar batang.

Menurut Manajer Produk PT HM Sampoerna Tbk Veronica Risariyana—dalam peluncuran varian baru perusahaan itu, Dji Sam Soe Filter di Losari Coffee Plantation Resort and Spa, Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (22/9)—Kalimantan menjadi daerah yang paling kecil menyerap produksi rokok nasional, yakni hanya 1,2 persen. Persentase peredaran rokok yang lumayan besar berlangsung, antara lain di Sumatera (16,1 persen) serta Sulawesi dan Indonesia bagian timur (13,55 persen).

Dari sisi jenis rokok, menurut Veronica, konsumen lebih menyukai rokok keretek yang diproduksi dengan mesin, yakni sigaret keretek mesin full flavour (SKM FF), yang menguasai 37,6 persen pasar.

Sigaret keretek tangan (SKT), yang dilinting tanpa mesin, menguasai sekitar 37,5 persen konsumen, diikuti SKM low tar low nicotin (mild) sebanyak 17,2 persen, dan rokok putih (7,7 persen).

Belum ada target

Menurut Veronica, selama ini perusahaannya menguasai pasar jenis SKT dan SKM low tar low nicotin dengan produk bermerek Dji Sam Soe dan A Mild. Pasar rokok putih dipimpin Marlboro, yang diproduksi PT Philips Morin, yang merupakan perusahaan satu kelompok dengan PT HM Sampoerna. Tentang rokok jenis SKM FF, pasarnya selama ini dikuasai perusahaan lain.

Karena itulah, PT HM Sampoerna mengeluarkan varian baru untuk ikut mengisi pasar SKM FF. ”Untuk tahun pertama kami tidak mempunyai target tertentu, kecuali agar produk ini dikenal masyarakat. Varian baru ini dengan mudah ditemui konsumen,” kata Veronica.

Dia menambahkan, perusahaan rokok tak boleh menawari konsumen untuk mencoba produknya. Karena itu, dengan mendekatkan diri pada konsumen, diharapkan masyarakat lebih mengenal varian baru itu. (tra)

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0609/23/daerah/2974040.htm

Rokok Bisa Tingkatkan Kolesterol

Minggu, 09 April 2006, 19:46 WIB

Jakarta, Kompas
Banyak orang yang sudah paham bahwa merokok dapat menimbulkan dampak serius terhadap kesehatan manusia.

Bagi masyarakat awam, merokok sudah jelas bisa merusak paru-paru karena asap yang diisap langsung masuk ke paru-paru. Namun banyak orang tidak tahu bahwa rokok ternyata juga bisa meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh manusia.

Dalam beberapa situs kesehatan disebutkan bahwa zat-zat kimia yang terkandung dalam rokok, terutama nikotin, dapat menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dan meningkatkan kadar kolesterol buruk (LDL) dalam darah.

Dokter spesialis jantung sekaligus Ketua Perkumpulan Vaskuler Indonesia Aulia Sani SpJP(K), FJCC mengungkapkan, merokok dapat menyebabkan gangguan metabolisme lemak.

Pada orang-orang yang merokok, ditemukan kadar HDL-nya rendah. Itu artinya, pembentukan kolesterol baik yang bertugas membawa lemak dari jaringan ke hati menjadi terganggu.

Sementara kebalikannya justru terjadi pada kadar LDL-nya. Pada orang yang merokok ditemukan kadar LDL-nya tinggi, berarti lemak dari hati justru dibawa kembali ke jaringan tubuh.

"Intinya, transportasi lemak menuju ke hati menjadi terganggu," kata Aulia. Meski sering ditemukan kadar HDL rendah pada seorang perokok, menurut Aulia, belum ada penelitian khusus yang bisa menjelaskan bagaimana mekanisme penurunan HDL oleh rokok.

Zat kimia berbahaya

* Bahan dasar rokok mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Menurut Aulia, dalam satu batang rokok terdapat lebih kurang 4.000 jenis bahan kima, 40 persen di antaranya beracun.

Bahan kimia yang paling berbahaya terutama nikotin, tar, hidrokarbon, karbon monoksida, dan logam berat dalam asap rokok.

Nikotin dalam rokok dapat mempercepat proses penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan dan penyempitan ini bisa terjadi pada pembuluh darah koroner, yang bertugas membawa oksigen ke jantung.

Selain memperburuk profil lemak atau kolesterol darah, rokok juga dapat meningkatkan tekanan darah dan nadi.

Merokok juga dapat merusak lapisan dalam pembuluh darah, memekatkan darah sehingga mudah menggumpal, mengganggu irama jantung dan kekurangan oksigen karena CO (karbon monoksida).

Penyakit jantung

* Aulia mengatakan, masyarakat perlu diingatkan kembali tentang penyakit-penyakit yang terkait erat dengan merokok.

Penyakit yang erat kaitannya dengan merokok adalah penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, paru-paru, mag/pencernaan, dan berkaitan dengan alat reproduksi. Di Indonesia 26,4 persen kematian disebabkan penyakit jantung.

Rokok menjadi faktor risiko utama penyakit jantung koroner. Penyakit ini bekerja sinergis terhadap faktor risiko lainnya, seperti hipertensi, kadar kolesterol meningkat, kencing manis, dan lain-lain. Risiko stroke dan kematian juga meningkat pada perokok.

Orang yang sudah terkena penyakit jantung koroner harus menghentikan kebiasaan merokok sama sekali. Bila pasien tersebut masih merokok, kemungkinan mendapat serangan jantung berulang lebih tinggi dibandingkan bila dia berhenti merokok.

Pasien berpenyakit jantung koroner yang tetap merokok diperkirakan setengah di antaranya berusia lebih pendek—sekitar 12 tahun—dibandingkan dengan mereka yang berhenti merokok.

Bila orang tetap merokok setelah pemberian obat penghancur bekuan darah (dibalon), akibatnya dia bisa mengalami penyumbatan kembali. Kemungkinan itu dua sampai empat kali lebih tinggi daripada pasien yang berhenti merokok.

Kecanduan

* Masalah yang menonjol pada kebiasaan merokok di Indonesia adalah pada jenis rokok yang diisap, yakni rokok keretek.

Jenis rokok ini mempunyai kadar tar dan nikotin lebih tinggi tiga sampai lima kali dibandingkan dengan rokok filter.

Rokok juga bisa menimbulkan efek kecanduan pada orang-orang yang mengonsumsinya. Aulia mengatakan, rokok memiliki efek yang sama dengan morfin, yaitu efek adiksi (ketagihan) dan habituasi (ketergantungan).

Untuk menghentikan kebiasaan merokok, menurut Aulia, dibutuhkan tekad yang sangat kuat dari orang bersangkutan. Faktanya, hampir semua perokok ingin berhenti merokok, tetapi mereka tidak tahu caranya.

Aulia mengungkapkan, ada beberapa cara klinis untuk menghentikan kecanduan merokok. Perokok bisa mengikuti terapi pengganti nikotin untuk menghilangkan efek kecanduan. Caranya, dengan menempelkan plester nikotin.

"Seperti orang kecanduan morfin, plester nikotin diberikan dengan dosis tertentu dan dengan pengawasan dokter. Bahan nikotin yang menyerap melalui kulit itu akan dikurangi dosisnya secara bertahap. Jika orang itu tidak kecanduan lagi, maka plester bisa dilepas," kata Aulia.

Cara yang lain untuk mereka yang ingin berhenti merokok adalah dengan mengikuti terapi minum air. Jika ada keinginan untuk merokok, segeralah minum air putih.

Dampak Merokok

* Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak pada kesehatan manusia, baik dampak langsung maupun efek menahun.

Dampak ini bisa terkena pada perokok aktif maupun pasif.

Dampak langsung merokok:

1. Air mata keluar banyak.

2. Rambut, baju, badan berbau.

3. Denyut nadi dan tekanan darah meningkat.

4. Peristaltik usus meningkat, nafsu makan menurun.

Dampak jangka pendek (segera):

1. Sirkulasi darah kurang baik.

2. Suhu ujung-ujung jari (tangan/kaki) menurun.

3. Rasa mengecap dan membau hilang.

4. Gigi dan jari menjadi coklat atau hitam.

Dampak jangka panjang:

1. Kerja otak menurun.

2. Adrenalin meningkat.

3. Tekanan darah dan denyut nadi meningkat.

4. Rongga pembuluh darah menciut.

5. Muncul efek ketagihan dan ketergantungan.

Asap rokok juga sangat berbahaya bagi perokok pasif. Dalam lingkungan rumah tangga, istri, suami, atau anak merupakan korban yang setiap hari harus menghirup asap rokok.

Dampak rokok terhadap perokok pasif di rumah:

1. Insiden batuk pilek meningkat (pada anak dan keluarga perokok).

2. Penyakit jantung nonfatal meningkat.

3. Timbul keluhan nyeri dada (angina) dan peningkatan terjadinya serangan jantung.

4. Gangguan aliran darah tepi.

Semakin banyaknya gangguan kesehatan di Indonesia tidak lepas dari kebiasaan buruk masyarakat untuk terus mengonsumsi rokok. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), konsumsi rokok pada negara berkembang meningkat lebih dari 20 persen per tahun. Sedangkan di negara maju terjadi penurunan 1 persen setiap tahun.

Melihat jumlah ini, tidak heran jika kematian akibat penyakit jantung meningkat di negara berkembang. Menurut data Departemen Kesehatan RI, penyebab kematian terbesar di Indonesia disebabkan penyakit jantung. Rokok menjadi faktor risiko utama penyakit jantung. Penyakit ini mengalahkan kanker, infeksi, dan parasit sebagai penyebab kematian. (LUSIANA INDRIASARI)

http://www.kompas.com/kesehatan/news/0604/09/194927.htm

Rokok Keretek Kompetitif akibat Adanya PP Nomor 19 Tahun 2003

Sabtu, 19 April 2003

Jakarta, Kompas - Produk rokok keretek lokal mampu bersaing secara lebih sehat dengan produk rokok putih karena pemerintah tidak membatasi kandungan kadar nikotin dan tar pada rokok keretek. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, pemerintah tidak menentukan kandungan kadar nikotin sebesar 1,5 miligram (mg) dan kandungan kadar tar sebesar 20 mg pada rokok keretek, sebagaimana diatur dalam PP No 81/1999 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan.

"Kadar nikotin 1,5 mg dan kadar tar sebesar 20 mg itu sebenarnya standar untuk rokok putih yang menggunakan tembakau Virginia. Rokok keretek yang menggunakan tembakau rakyat tidak dapat memenuhi kadar kandungan tar dan nikotin sebesar itu," kata Direktur Industri Agro Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Depperindag) Yamin Rahman, di Jakarta, Kamis (17/8).

Yamin menambahkan, kandungan kadar nikotin pada rokok keretek melebihi 1,5 mg dan kandungan kadar tar pada rokok keretek melebihi 20 mg. "Kandungan nikotin pada rokok keretek bisa mencapai 2,5 mg dan kandungan tar bisa mencapai 40 mg," katanya.

Dengan tidak diberlakukan batasan kadar nikotin dan tar, lanjut Yamin, industri rokok keretek dapat lebih memanfaatkan komoditas tembakau rakyat. Dengan demikian, petani tembakau pun dapat lebih diuntungkan.

Dalam PP No 19/2003 yang ditetapkan tanggal 10 Maret 2003 disebutkan, setiap orang yang memproduksikan rokok wajib melakukan pemeriksaan kandungan kadar nikotin dan tar pada setiap hasil produksinya. Pemeriksaan kadar nikotin dan tar dilakukan di laboratorium yang sudah terakreditasi sesuai ketentuan yang ada.

Ditanya bagaimana upaya perlindungan konsumen dengan pemberlakuan PP No 19/2003 itu, menurut Yamin, kandungan kadar nikotin dan tar pada setiap batang rokok yang diedarkan diinformasikan kepada konsumen. Informasi itu, misalnya, dicantumkan dalam kemasan sehingga konsumen mengetahui berapa kadar nikotin dan tar pada rokok keretek yang akan dikonsumsikan.

Sesuai data Depperindag, volume ekspor rokok keretek per November 2002 mencapai 6.463 ton dengan nilai 75,8 juta dollar AS. Ekspor rokok putih per November 2002 mencapai 17.952 ton dengan nilai 72,5 juta dollar AS.

Sementara itu, volume ekspor rokok keretek tahun 2001 mencapai 6.764 ton dengan nilai 75,0 juta dollar AS dan volume ekspor rokok putih tahun 2001 mencapai 24.391 ton dengan nilai 97,6 juta dollar AS.

Dilihat dari segi daya beli, jumlah orang yang mengonsumsi produk rokok juga relatif besar. Dari data survei kesehatan nasional tahun 2001, sebanyak 54,5 persen laki-laki dan 1,2 persen perempuan Indonesia berusia lebih dari 10 tahun merupakan perokok aktif. Diasumsikan populasi 2001 sebesar 210 juta, berarti jumlah laki-laki yang mengonsumsi rokok sebanyak 114 juta orang dan jumlah perempuan yang mengonsumsi rokok sebanyak 2,5 juta orang. (FER)

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0304/19/ekonomi/263227.htm

Rokok "Tingwe" ala Warga Blumah

Sabtu, 31 Mei 2003

NAIKNYA harga rokok keretek produksi pabrik rokok besar di Kota Kudus, Kediri, Malang, dan Surabaya sejak awal 2003 menyebabkan warga pedesaan yang berpenghasilan pas-pasan merasa keberatan.

"Kenaikan harga itu menyebabkan harga rokok keretek merek terkenal bisa Rp 500 per batang. Mahalnya harga rokok inilah yang mendorong warga memproduksi rokok untuk dijual ke kalangan sendiri," tutur Kepala Desa Blumah, Kabupaten Batang, Zaenal Arifin, pekan lalu.

Lahan pertanian di desa yang terletak di kawasan Pegunungan Dieng bagian utara, Desa Blumah di Kecamatan Plantungan dan Kecamatan Bandar, cukup subur untuk ditanami tembakau dan cengkeh. Desa yang berhawa sejuk itu memaksa warga harus akrab dengan rokok untuk mengusir hawa dingin yang memeluk kehidupan mereka sehari-hari.

Perajin rokok lokal Blumah, Taufik, mengatakan, rokok hasil kerajinan warga itu adalah rokok tingwe (nggelinting dewe) alias melinting sendiri. Bedanya, kalau dulu rokok tingwe dibuat dengan tangan, kini sudah meningkat memakai alat pelinting, yang diadopsi dari pelinting rokok di pabrik rokok keretek dari kayu.

"Kapasitas produksi rokok dari alat ini cukup lumayan. Satu jam bisa menghasilkan 200 linting rokok keretek. Di desa saat ini terdapat 15 warga yang memilikinya dan setiap hari memproduksi ribuan rokok tingwe untuk dijual ke warga atau di pasar desa setempat," ungkap Taufik.

Perajin rokok Muarif memeragakan cara membuat sebatang rokok dengan alat itu. Awalnya, dia menempelkan kertas rokok warna putih di atas lekukan mesin pelinting. Di atas kertas itu kemudian diberi adonan tembakau serta campuran cengkeh sedikit.

Setelah adonan siap, tuas langsung ditekan kuat. Meloncatlah rokok hasil produksi sendiri yang siap dinikmati. Supaya rapi, kedua ujung rokok linting itu digunting.

Warga biasanya memproduksi rokok dengan warna putih dan coklat. Rokok coklat sangat laku karena aroma dan adonan tembakau yang dicampur tembakau mahal, Virginia.

"Saat ini rokok produksi warga Blumah belum diberi merek. Meski belum punya merek, sudah laku dijual. Rokok ini juga dijual ke pasar setempat. Harga per bungkus Rp 2.500 isi 20 batang. Kalau dijual eceran di pasar, harganya bisa Rp 250/batang," katanya.

KETERAMPILAN warga Blumah memproduksi rokok tingwe serta merta menarik perhatian banyak tamu yang datang dalam lokakarya Penyelamatan Kawasan Pegunungan Dieng di Desa Tombo, Kecamatan Bandar, Batang, pekan lalu.

Warga Blumah bahkan membuat stan di lapangan, tempat lokakarya itu dilaksanakan. Di stan itulah semua jenis rokok buatan warga Blumah dipamerkan, termasuk cara membuat rokok pun diperagakan.

Kerajinan membuat rokok ini juga ditunjang perajin kayu di Blumah. Perajin kayu menyediakan kotak tempat rokok dari kayu untuk perajin rokok. Kotak kayu rokok itu bisa memuat 20 batang rokok lokal. (WINARTO HERUSANSONO)

http://kompas.com/kompas-cetak/0305/31/jateng/341209.htm

Minggu, 23 September 2007

Sejarah Rokok

Thursday, 15 September 2005
Dari segi bahan , rokok mempunyai beberapa istilah . Yang dimaksud dengan rokok atau sigaret adalah terbuat dari daun tembakau , dan kretek adalah rokok dengan aroma dan rasa cengkeh . Jadi rokok kretek adalah rokok yang dibuat dari daun tembakau dan mempunyai campuran aroma dan rasa cengkeh . Masyarakat Jawa sebagai perokok pertama, juga mengenal istilah rokok putih , sebutan untuk rokok tanpa cengkeh ( Joglosemar , 2003 ) Ada pula istilah rokok klobot yang terbuat dari daun jagung kering yang diisi dengan daun tembakau murni dan cengkeh .
Haji Jamhari diyakini sebagai pencipta rokok kretek dan mempopulerkannya pada sekitar tahun 1880 . Rokok kretek buatannya sangat ampuh sebagai obat dengan racikan khas cengkeh dan tembakau . Haji Jamhari meninggal dunia pada tahun 1890 , ketika sejumlah warga Kudus mulai mengikuti jejaknya membuat dan menjual rokok kretek , yang waktu itu masih dibungkus daun jagung kering dan disebut rokok klobot sesuai istilahnya dari dulu sampai sekarang ( Jawa Pos , Kamis Legi, 28 Agustus 2003 , halaman 16 ). Adalah M . Nitisemito yang juga dipercaya sebagai penemu dari rokok kretek ( Joglo Semar , 2003 ) M Nitisemito berasal dari Kudus , sekitar 50 km arah timur Semarang , Jawa Tengah . Sekitar tahun 1906 , Nitisemito menderita batuk dan asma yang tak kunjung sembuh . Dikarenakan keputusasaan dalam menghadapi sakitnya , ia mencampur tembakau dicampur dengan cengkeh yang telah digiling dan dibungkus dengan daun jagung kering yang kemudian disebutnya sebagai rokok klobot . Nitisemito pun merasa sehat setelah merokok klobot tersebut dan bermaksud menularkan kebiasaannya tersebut secara luas kepada masyarakat .

Terlepas dari siapa yang menemukan rokok kretek untuk pertamakalinya , M Nitisemito adalah orang pertama yang memperdagangkan rokok kretek dengan kemasan dan diberi merek . Sebelumnya , Nitisemito hanyalah seorang priyayi yang senang merokok klobot sekaligus sebagai pedagang tembakau . Perkenalannya dengan dunia usaha rokok berawal dari pertemuannya dengan Nasilah , yang seorang pembuat dan penjual rokok klobot . Para pelanggannya adalah para buruh , penjaja , atau pedagang kaki lima dan sais dokar yang ada disekitar rumahnya .

Jalinan kerjasama antara Nitisemito dan Nasilah yang kemudian menjadi suami istri inilah merupakan titik balik sejarah industrialisasi rokok kretek di Indonesia . Dibawah bendera perusahaannya , NV Bal Tiga , Nitisemito menjual rokok kretek tersebut dengan merk Bal Tiga yang bermoto : “Djangan Loepa Saja Poenja Nama “( Jawa Pos, Kamis Legi , 28 Agustus 2003 , halaman 16 ). Inilah rokok kretek pertama di Indonesia yang dicetak dengan baik dan menggunakan merk . Namun nasib perusahaan Nitisemito tak semulus perkembangan rokok kretek ciptaannya . Perusahaannya mengalami bangkrut pada tahun 1953 , disebabkan karena ketidak mampuannya bersaing dengan pesaing yang semakin banyak menyusul tumbuh pesatnya industri rokok kretek ( Joglosemar , 2003 )

Selain Bal Tiga , tercatat merek lain yang muncul hampir bersamaan di Kudus . Pada tahun 1913 berdirilah perusahaan rokok Goenoeng dan Klapa yang didirikan oleh M Atmowijoyo . Namun M Atmowijoyo tidak mengubah usahanya menjadi sebuah industri seperti halnya yang dilakukan oleh M Nitisemito . Hingga saat ini , perusahaan yang memproduksi merek Goenoeng dan Klapa masih memproduksi rokok klobot yang dibuat dengan tangan dan diikat dengan tali rami ( Jawa Pos , Kamis Legi , 28 Agustus 2003 , halaman 16 )

Sejarah juga mencatat sejumlah perusahaan yang mengikuti jejak Nitisemito mendirikan industri rokok . Perusahaan rokok tersebut antara lain Nojorono yang didirikan tahun 1932 . Nojorono dibangun oleh Tjoa Kang Hay dan dua kakaknya yaitu Tan Tjiep Siang dan Tan Kong Ping dengan nama perusahaan Trio . Produk-produk yang dihasilkan antara lain adalah Astrokoro, 555, dan Kaki Tiga . Beberapa waktu kemudian Tjoa Kang Hay meninggalkan perusahaan Trio untuk kemudian bekerjasama dengan pengusaha dari Kudus yaitu Ko Djie Siong dan Tan Djing Dhay untuk mendirikan perusahaan Nojorono . Produk yang masih terkenal sampai saat ini adalah Minak Djinggo ( Jawa Pos , Kamis Legi , 28 Agustus 2003, halaman 16 )

Perkembangan pabrik rokok kretek pun lebih banyak berkembang di pulau Jawa . Tercatat beberapa pabrik rokok besar di pulau Jawa misalnya Djambu Bol yang didirikan tahun 1937 oleh Haji Roesjdi Ma’roef , Sukun , Jarum di Jawa Tengah serta Bentoel , Gudang Garam , dan Sampurna di Jawa Timur termasuk beberapa pabrik kecil lainnya misalnya Menara di Solo , Retjo Pentoeng di Kediri , atau Pompa di Semarang ( Kompas , 29 September 2000 ) Hal ini menunjukkan bahwa rokok merupakan lahan usaha yang berkembang pesat dan menjanjikan dalam bidang perekonomian , baik bagi pengusaha , maupun bagi pemerintah dengan pendapatan dari pajaknya .

http://berbagi.net/index.php?option=com_content&task=view&id=15&Itemid=68

Jamu Nomor 5...

Minggu, 11 Mei 2003
Jamu Nomor 5...


SEBUT saja Jamu Nomor 5. Pengecer, agen, atau distributor di Cilacap, Jawa Tengah, sudah mafhum bahwa yang dimaksud adalah jamu khusus untuk laki-laki.

Perajin jamu di Cilacap memang menggunakan kode nomor 5 untuk jamu yang peruntukannya bikin laki-laki makin perkasa dalam perkara ranjang. Nomor 5 sudah semacam nama generik seperti nomor 2, misalnya, untuk rematik. Nama paten dengan begitu bisa macam-macam.

Sebagai salah satu pusat penghasil jamu tradisional di Jawa Tengah dengan 600-an merek-sebagaimana jumlah perajin atau pengusaha yang terdaftar-di Koperasi Jamu Jawa Aneka Sari dari Cilacap bisa ditemukan puluhan nama paten bagi urusan keperkasaan itu. Bilang beberapa saja: Machoman, Perkasa Super, Pro Stamin, Raga Vit 12, dan Stutman. Kemasannya beragam. Ini biasa. Yang enggak biasa, komponen peramunya dari satu paten ke paten lain bisa pula beraneka. Padahal, khasiat yang diiming-iminginya sama. Oh, mysterium fascinatum!

"Wah, ini yang saya cari," kata seorang laki-laki berumur 45 tahun di satu bilangan di Cilacap. "Yang ini sudah pasti bikin greng."

Tiga kawannya mengomentari kehebatan beberapa bungkus jamu merek Machoman dan Stutman yang dibuat seorang perajin di Kecamatan Kroya, Cilacap. Entah dari mana mereka mendapatkannya karena kedua merek jamu itu konon sudah tidak diproduksi lagi. Yang menarik, daya pugar Machoman dan Stutman ini sudah dimulai sejak di kemasan. Sampulnya bergambar perempuan telanjang.

Menurut keterangan sejumlah pengecer dan agen, jamu kuat laki-laki adalah produk jamu yang kini paling banyak dicari. Jadi, mestinya paling laris juga.

Di urutan kedua adalah jamu nomor 1. Khasiatnya disebut-sebut bikin gemuk. Peringkat ketiga diraih jamu nomor 2, ya itu tadi, untuk rematik. Masalahnya, belakangan ini si nomor 5 sulit dicari. Apa pasal? Lantaran penarikan makanan suplemen Australia?

Tunggu dulu. Jauh sebelum sebutan suplemen didengung-dengungkan, konsumsi jamu sudah lama mentradisi di Pulau Jawa. Harga jamu yang relatif murah membuat kedatangan makanan suplemen mahal dari luar negeri itu menciptakan stratifikasi kelas sosial di sektor ini: jamu untuk kelas bawah, suplemen untuk kelas menengah ke atas.

Kembali pada kelangkaan si nomor 5. Seorang pedagang jamu di Kota Sampang, Cilacap, menyebutkan, "Mungkin karena pemasarannya sekarang ini lebih banyak justru ke luar Jawa."

Akan tetapi, ada faktor lain. Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam empat tahun terakhir mengumumkan bahwa berbagai jenis jamu dicampuri obat keras. Salah satu yang ditemukan adalah jamu "Sehat Laki-laki" yang, menurut temuan Badan POM, dicampur dengan antalgin. Entah apa kaitan antalgin dengan keperkasaan.

Dokter Paulus Ghozali dari Rumah Sakit Umum Margono Soekardjo, Purwokerto, menyebutkan, "Kalau ada orang yang mengatakan setelah minum jamu kuat laki-laki dan dalam waktu relatif pendek kejantanannya berjolak, itu bukan lantaran jamu. Itu hanya sugesti." (NTS)

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0305/11/Fokus/304359.htm

Sejarah sigaret-kretek-rokok



Segala sesuatu yang berhubungan dengan sigaret atau rokok selalu kembali ke tembakau sebagai bahan baku utamanya. Tetapi berbeda dari belahan dunia lain, ada sebuah jenis rokok yang 'berbeda'. Berasal dari Indonesia, dengan menggunakan campuran tembakau dan cengkeh, jenis rokok yang berbeda ini disebut 'kretek'. Nama itu, kretek, secara harafiah berarti bunyi kretek-kretek yang memang terjadi apabila orang merokok rokok kretek ini. Bunyi kretek itu disebabkan oleh tambahan cengkeh. Ide untuk mencampurkan cengkeh ke dalam rokok berawal pada akhir abad ke 18 oleh seseorang bernama H.Jamhari.
Saat itu ia sedang merasa sakit di dadanya dan diolesinya minyak cegkeh sehingga ia merasa lebih baik. Kemudian ia mempunyai ide untuk menambahkan cengkeh ke rokoknya karena khasiat cengkeh yang ia rasakan. Secara ajaib ia merasakan bahwa sakit dadanya kian lebih membaik karena rokok kreasinya. Sejak saat itu banyak orang mendengar mengenai rokok ajaib ini dan permintaan rokok kretekpun tercipta, hingga saat sekarang pasar rokok Indonesia didominasi oleh rokok kretek. Lepas dari cerita kretek, cerita mengenai sejarah rokok itu sendiri sangat menarik. Tidak mungkin dapat dikatakan kapan tembakau mulai dirokok, Tetapi yang pasti tembakau ditanam oleh suku Maya di Amerika Tengah dan dirokok pada upacara keagamaan. Kebiasaan ini mungkin berawal dari situ, terus ke utara ke Mexico dan peninsula Yucatan.
Tembakau, daun dari tanaman Nicotana Tabacum, datang di Eropa dari peninsula Yucatan di Mexico pada tahun 1558. Penjelajah awal Dunia Baru, Seseorang berkebangsaan Perancis yang mempopulerkan tembakau, Jean Nicot (1530-1600), dan dari zat yang bernama nikotin yang ditemukan di semua tembakau. Pada waktu itu tembakau dirokok dengan menggunakan pipa, cara yang diadopsi dari orang asli Amerika. Tidak sebelum perang Peninsula (1806-12) di Eropa, ketika merokok dalam bentuk cerutu mulai digemari.
Pembuatan cerutu dimulai di Inggris pada tahun 1820 dan pada saat yang bersamaan, sigaret muncul sebagai alternatif yang terjangkau dari cerutu. Tetapi tidak sebelum mesin pembuatan rokok diperkenalkan pada abad ke 19 ketika merokok sigaret menjadi populer

http://www.bokormascorp.com/ind/sejarah.htm

Asal usul - penggunaan Cengkeh



Cengkeh (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum), dalam bahasa Inggris disebut cloves, adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Cengkeh adalah tanaman asli Indonesia, banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkeh ditanam terutama di Indonesia (Kepulauan Banda) dan Madagaskar, juga tumbuh subur di Zanzibar, India, dan Sri Lanka.

Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi 10-20 m, mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkeh akan dipanen jika sudah mencapai panjang 1,5-2 cm.

Penggunaan
Cengkeh dapat digunakan sebagai bumbu, baik dalam bentuknya yang utuh atau sebagai bubuk. Bumbu ini digunakan di Eropa dan Asia. Terutama di Indonesia, cengkeh digunakan sebagai bahan rokok kretek. Cengkeh juga digunakan sebagai bahan dupa di Tiongkok dan Jepang. Minyak cengkeh digunakan di aromaterapi dan juga untuk mengobati sakit gigi.

Sejarah Cengkeh
Pada abad yang keempat, pemimpin Dinasti Han dari Tiongkok memerintahkan setiap orang yang mendekatinya untuk sebelumnya menguyah cengkeh, agar harumlah napasnya. Cengkeh, pala dan merica sangatlah mahal di zaman Romawi. Cengkeh menjadi bahan tukar menukar oleh bangsa Arab di abad pertengahan. Pada akhir abad ke-15, orang Portugis mengambil alih jalan tukar menukar di Laut India. Bersama itu diambil alih juga perdagangan cengkeh dengan perjanjian Tordesillas dengan Spanyol, selain itu juga dengan perjanjian dengan sultan dari Ternate. Orang Portugis membawa banyak cengkeh yang mereka peroleh dari kepulauan Maluku ke Eropa. Pada saat itu harga 1 kg cengkeh sama dengan harga 7 gram emas.

Perdagangan cengkeh akhirnya didominasi oleh orang Belanda pada abad ke-17. Dengan susah payah orang Prancis berhasil membudayakan pohon Cengkeh di Mauritius pada tahun 1770. Akhirnya cengkeh dibudayakan di Guyana, Brasilia dan Zanzibar.

Pada abad ke-17 dan ke-18 di Inggris harga cengkeh sama dengan harga emas karena tingginya biaya impor.


Kandungan Aktif dalam buah cengkeh
Minyak esensial dari cengkeh mempunyai fungsi anestetik dan antimikrobial. Minyak cengkeh sering digunakan untuk menghilangkan bau nafas dan untuk menghilangkan sakit gigi. Zat yang terkandung dalam cengkeh yang bernama eugenol, digunakan dokter gigi untuk menenangkan saraf gigi. Minyak cengkeh juga digunakan dalam campuran tradisional choji (1% minyak cengkeh dalam minyak mineral) dan digunakan oleh orang Jepang untuk merawat permukaan pedang mereka.

http://id.wikipedia.org/wiki/Cengkeh

Cengkeh




Berbeda dari tembakau, cengkeh lebih berupa pohon daripada tanaman, dan bukan daunnya yang dituai melainkan bunganya yang berupa seperti biji. Pohon cengkeh baru dapat menghasilkan biji cengkeh setelah penanaman dalam jangka waktu lima tahun. Dari situ cengkeh dapat dituai sekali tiap tahun hingga umur pohonnya mencapai dua puluh tahun. Meskipun setelah dua puluh tahun masih menghasilkan biji cengkeh, kualitas cengkeh yang dihasilkan sudah menurun banyak dan tidak lagi dapat digunakan di dalam rokok.
Cengkeh, setelah dituai, juga dikeringkan atau di-curing seperti pada tembakau tetapi hanya dengan dua cara yang ada, sun-curing (di bawah matahari) dan oven-curing (di dalam open). Setelah proses pengeringan , kemudian cengkeh itu di-grade dan difermentasikan sesuai kebutuhan. Cengkeh juga diproduksi di beberapa bagian dunia yang lain untuk penggunaan yang lain. Lepas dari pasar lokal cengkeh di Indonesia, perusahaan rokok di Indonesia juga mengimport cengkeh dari Madagaskar dan Zanzibar.


http://www.bokormascorp.com/ind/cengkeh.htm